Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Ketika Air Kurang Mengalir

24 September 2019   07:05 Diperbarui: 24 September 2019   07:15 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Selokan kering, kericik air yang biasa terdengar tak lagi bersuara. Aliran air yang biasa berjalan sepanjang selokan kecil di samping rumah tak lagi berkuasa. 

Selokan itu sedang beristirahat. Luapan air dari pegunungan lereng Gunung Slamet tak lagi bersisa. Air itu sudah tak sampai lagi ke selokan samping rumahku. Alhasil kolam ikan yang biasa teraliri dari jernihnya air pegunungan kini hanya mampu diairi dari paralon dengan debit yang semakin menurun.

Musim kemarau kali ini sungguh terasa, aku merasakan artinya kekurangan air. Padahal daerah-daerah lain sudah beberapa bulan mereka menjerit  kekurangan air. Untuk mendapatkan seember air mereka harus berjalan jauh. Untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari mereka harus menunggu pasokan bantuan dari lembaga-lembaga yang peduli.

Air adalah sumber kehidupan. Dalam tubuh kita paling tidak 60%nya adalah air. Mereka memenuhi sel-sel tubuh, ada di antara sel tubuh, ada di dalam pembuluh darah dan di ruang-ruang tertentu. 

Air tersebut amat vital. Metabolisme tubuh, aliran darah untuk membawa nutrisi dan oksigen ke dalam sel, sebagai pelumas untuk mengurangi gesekan-gesekan pada organ-organ yang bergerak, semua itu butuh air. Tanpa air manusia akan mati. Ini merupakan kebutuhan air dari dalam tubuh.

Sedangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia lainnya air juga sangat diperlukan, mandi cuci, bersihkan kotoran, menyiram tanaman, minuman hewan ternak, menggerakkkan turbin, semua itu juga butuh air. Untuk itu kita butuh pasokan air yang permanen. Pasokan air inilah yang harus kita jaga agar kebutuhan kita tetap terpenuhi.

 Musim kemarau adalah sebuah siklus musim. Perputaran bumi dalam orbitnya dan revolusinya menyebabkan perubahan perputaran siklus musim. Siklus musim inilah yang harus kita antisipasi agar kebutuhan kita khususnya air tetap terpenuhi.

Di kala kita menghadapi musim penghujan hendaknya air jangan menjadi malapetaka karena banjir. Keberadaan air tersebut harus dikendalikan. Air ini harus disimpan untuk menghadapi musim kemarau. 

Air ini bisa kita simpan di dalam tanah dalam lubang-lubang biopori yang kita sediakan. Jangan biarkan air tersebut pergi lepas begitu saja. Bisa juga untuk daerah-daerah yang kering dibuat tendon-tandon air untuk persiapan menghadapi musim kemarau.

Di kala musim kemarau datang kita masih punya persediaan air. Sumber air kita tercukupi karena tersimpan di dalam tanah. Sumur tak lagi mengalami kekeringan. Panen masih bisa kita rasakan karena bercocok tanam masih bisa dilakukan.

Sawah- sawah tak mengalami kekeringan yang sangat. Tanah tak terbelah-belah yang menandakan kekeringan yang teramat sangat. Betapa kita manusia sebagai mahluk yang bisa berpikir, seharusnya bisa mengantisipasi hal-hal semacam ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun