Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ditinggal Pasangan, Haruskah Menjanda?

14 Desember 2017   15:22 Diperbarui: 14 Desember 2017   16:16 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jumat 8 Desember 2017, di harian Radar Purwokerto kubaca berita dengan judul"kasus Cerai Tinggi, Sehari Bisa Delapan Orang Menjanda". Cukup terkejut, aku membaca berita tersebut. Lumayan tinggi juga ya pikirku dimana hingga November Tahun 2017 kasus cerai sebanyak 2800 yang artinya rata-rata perbulan mencapai 233 kasus dan setiap harinya ada 8 orang menjadi janda.  Membaca uraian berita selanjutnya kuketahui bahwa penyebab perceraian tersebut didominasi karena ditinggal pergi pasangannya, faktor ekonomi dan pertengkaran.

Menikah dan bersatu, membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah wa rahmah tentunya menjadi harapan semua pasangan. Keluarga yang dipenuhi dengan ketenangan, saling mencintai dan diliputi kasih sayang akan membuat setiap individu dalam keluarga tersebut merasakan arti kebahagiaan. 

Kata orang bahagia itu sederhana, temukan jalan pulang dan kembali bersama keluarga. Sesederhana apapun kehidupan kita, kalau hati bahagia maka akan terpancar pada aura wajahnya. Baju yang tidak mewah, kendaraan yang tidak wah,tabungan yang tidak menumpuk, harta yang hanya seadanya, penampilan yang biasa-biasa saja, akan memberikan aura positif apabila dalam dirinya bersemayam jiwa yang bahagia.

Kebersamaan bersama keluarga akan terasa lebih menyenangkan dan membahagiakan dibandingkan kehidupan mewah namun dalam kegersangan, kegelisahan dan jiwa yang merana. Menemukan jalan pulang dan kembali bersama keluarga adalah lebih baik daripada melanglang buana tak tentu arah. Entah kemana tujuannya tidak jelas. Apa yang dicari tidak dimengerti, hingga ketika seseorang yang sudah berkeluarga ditinggal oleh pasangannya maka dia akan memilih lebih baik bercerai.

Perceraian memang bukan tidak mungkin tidak terjadi, ketika seseorang telah dipersatukan dalam akad nikah. Walau akad telah disampaikan dan qobul telah terucap, mereka telah dipersatukan dan dipersaksikan untuk  hidup bersama. Namun ketika sebuah keluarga tidak bersatu, sering kali ada bahaya yang mengintai, ada musuh yang menyelinap, ada hati yang merana, ada jiwa yang hampa, ada kasih sayang yang tidak tersampaikan, ada  cinta yang butuh tempat berlabuh, ada rindu yang tak tertahankan. 

Kalau bukan karena komitmen yang kuat, kalau bukan karena ikatan cinta yang begitu dalam, kalau bukan karena kesetiaan yang teruji, perceraian menjadi jalan keluar yang tidak diharap, perceraian menjadi jalan yang terkadang membuat hidup lebih sulit lagi, perceraian menjadi pilihan yang tidak diinginkan namun harus terjadi. 

Ditinggal pergi oleh pasangan, apapun alasannya adalah hal yang kadang menyakitkan. Walau alasan tersebut untuk kebaikan kehidupan keluarga itu, misal karena untuk mencari nafkah harus bekerja di tempat yang jauh, namun ditinggal pergi oleh pasangan tetap membutuhkan mental yang kuat, hati yang tegar, kesetiaan yang tak terkoyakkan dan cinta yang terbuktikan. Hidup berjauhan dengan pasangan itu membutuhkan saling pengorbanan. Kebersamaan yang hilang membutuhkan penggantian demi utuhnya cinta.

Zaman sekarang mungkin alat komunikasi sudah tidak menjadi hambatan lagi. Pasangan yang berjauhan masih memungkinkan untuk saling menyapa setiap hari dan setiap saat. Namun sapaan itu hanyalah dalam bentuk maya, tidak terwujud dalam sentuhan fisik, tidak terasa pada tubuh yang sebenarnya. Apa yang dirasakan hanya dalam bentuk khayalan, bayangan yang tak berwujud.

Walaupun ditinggal pasangan adalah hal yang menyakitkan, namun apakah perceraian harus menjadi solusi yang ditempuh? Tentu tidak. Banyak keluarga yang terbentuk tidak dalam kebersamaan setiap harinya. Mereka bertemu dalam bilangan minggu, bulan bahkan tahun. Harus bekerja di lain kota, beda daerah, tidak berada dalam satu propinsi bahkan terpisah antar negara, harus ditempuh dalam kehidupan sehari-harinya. 

Namun karena komitmen yang kuat, tujuan hidup yang jelas, arah yang tidak berbeda, mereka bisa mempertahankan kebersamaannya selama bertahun-tahun, bahkan hingga maut memisahkannya. Jarak tidak membuat mereka terpisah, waktu tempuh tidak membuat mereka bosan. Kerinduan dan kasih sayang yang selalu ingin tercurahkan menjadi pengikat. Ketabahan dan tawakal yang tinggi, keimanan dan penghambaan dirinya pada Dzat Yang Maha Menghidupkan menjadi bekal kekuatan yang tiada tara. 

Hidup terpisah dan ditinggal oleh pasangannya untuk sementara waktu bukan alasan menjadi janda.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun