Mohon tunggu...
Puji Alphatehah Adiwijaya
Puji Alphatehah Adiwijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

An ordinary man blessed with spirit of "ATITA ARTHA ANTHA"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sama Rasa Rona Senja

19 Desember 2023   12:40 Diperbarui: 19 Desember 2023   12:48 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja Kelapa Lima (Sumber: Pribadi)

Diliputi segumul letih setelah menunaikan kewajiban seperti jutaan insan pekerja lainnya. Melewati kepulan asap ditambah bising kendaraan khas kota-kota besar di negara ini. Sejenak berinisiatif untuk memanjakan diri seiring terbenamnya matahari. Menepikan kuda besi bersama barisan parallel kuda besi lainnya di pelataran parkir, bertandang sejenak ke sebuah kedai seraya memesan penyegar dahaga sekaligus penghilang penat dengan mengambil duduk di teras lurus menghadap cakrawala.

Kali pertama menikmati rona senja tentu menjadi sebuah hal spesial yang takkan mungkin tak ingin diulangi. Namun, setelah ratusan kali menikmati sang rona senja, nyatanya, menikmati senja hanya akan menjadi sebuah hal biasa, biasa ketika hal itu bisa dilakukan secara berulang dan terus-menerus sampai nanti pada waktunya diri akan menjadi pengejar bahkan perindu momen itu. Sekedar menikmati semilir angin Pantai, dipandu oleh Lager Beer dingin ditambah manja pemandangan matahari yang segera menghilangkan diri.

Senja dimana dan kapanpun akan menjadi satu hal yang pasti ada, matahari akan selalu terbenam pada waktunya juga terbit sesuai peruntukannya. Sebagaimana keadaan yang kian hari terus dihadapi, meskipun ada dan terus-menerus hingga bisa terbilang dalam kualifikasi membosankan. Tentunya semua akan menjadi air mata kerinduan bilamana tidak bisa melakukan hal yang sama, juga bisa saja menjadi momen berharga karena menyangkut perihal masa lalu dan nostalgia.

Manusia pada hidupnya sudah pasti menemui momen-momen yang terjadi berulang hingga pada suatu masa, ia akan tiba pada fase tidak ingin mengulanginya, sebuah fase yang bisa disebut dengan kata sepadan dengan bosan. Pada fase ini, manusia cenderung mencoba mencari cara agar yang terjadi dapat lebih bervariasi. Hingga tiba pada sebuah akhir dimana momen yang terjadi berulang tidak akan pernah terulang, selanjutnya ia akan memasuki fase merindu. Rindu akan segala momen yang bahkan dulu ia sudah muak jalani. Sebagaimana halnya senja, setiap hari selalu ada dan selalu indah hingga pada suatu waktu menemui kejenuhan kemudian tidak mau lagi melihat dan menghargai keindahan itu. Hingga tiba suatu masa bahkan untuk melihat senja pun akan sulit.

Jadi, appaun yang terjadi saat ini, waktu ini dan dalam keadaan ini, harus dirasakan dengan segenap hati meskipun yang terjadi terus berulang dan cenderung membosankan. Apa yang terjadi dan dijalani hari ini sudah pasti tidak akan berulang di fase kehidupan selanjutnya. Percayalah bahwasannya keadaan akan berbeda pada setiap fase kehidupan. Nikmati apa yang sedang ada dan dimiliki serta senantiasa menjadikan semua hal yang terjadi seperti momen yang hanya akan terjadi satu kali dengan satu rasa.

Juga, pada akhirnya semua momen akan ditutup dengan satu kejadian pasti dimana jiwa tidak ada lagi dalam raga. Di saat inilah kita akan merindukan dunia yang seutuhnya sebagaimana penikmat senja merindukan ronanya ketika tiba langit gulita malam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun