Mohon tunggu...
Puji Alphatehah Adiwijaya
Puji Alphatehah Adiwijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

An ordinary man blessed with spirit of "ATITA ARTHA ANTHA"

Selanjutnya

Tutup

Roman

Ketika Harus "Berhenti"

19 November 2023   15:10 Diperbarui: 19 November 2023   15:11 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Barisan Pohon Bak Manusia yang Hidup Berdampingan (Sumber : Pribadi)

Kehidupan yang berjalan dinamis tanpa mengenal henti mengajarkan diri untuk senantiasa mengikutinya, nan demikian, bukan perkara jarang bahwasannya manusia sering lupa untuk berhenti, rehat sejenak dari arus yang dijalani. Gemerlap kehidupan serta kencangnya arus yang berlalu membuat manusia selalu mengikutinya tanpa mengingat kondisi diri dan kemampuan yg dimiliki. Manusia selalu ingin menjadi apa yang ada dalam ekspektasi walau nyatanya yang terjadi bukan seperti itu.

Sedih kesal kecewa tatkala menjadi bumbu dalam arus kehidupan hubungan, manusia harus mampu menjalin hubungan bukan sesuai dengan dirinya tetapi sesuai dengan hal yang berlaku dalam artian, nyaris mustahil untuk menemukan orang yang sama tepat dengan ekspektasi kemungkinannya sangat kecil. Tetapi, ketika ada orang yang peduli nan menyayangi haruslah dihargai meskipun kiprah dan perilakunya tidak sesuai ekspektasi. Lantas, yang harus dilakukan adalah merubah orang atau ekspektasi atau bahkan mencari orang yang sesuai ekspektasi. Silahkan itupun pilihan, terserah si penjalan kehidupan hubungan mau memilih langkah yang seperti apa dan tentunya semua memiliki resiko konsekuensi masing masing yang harus ditanggung.

Manusia sudah seharusnya memiliki kuasa akan kehidupan berhubungan masing-masing, tak ada keharusan sebenarnya yang memaksa bahwa manusia harus memiliki hubungan baik itu secara vertical maupun horizontal sesama manusia. Kehidupan seakan-akan terjadi dan dijalani begitu saja padahal banyak hal yang bisa menjadi Pelajaran mulai dari hal remeh-temeh seperti kebiasaan hingga hal-hal agung-fantastis seperti fenomena-fenomena maupun bencana.

Semuanya terangkum dalam konteks arus kehidupan, dimana manusia ada tercebur didalamnya. Sangat baik bila mana manusia berjalan mengikuti arus tanpa mencoba melawannya. Namun, sebagai spesies berakal dan pintar, tidak sedikit manusia yang mencoba melawannya. Segelintir dari mereka mampu menembus arus terkuat sekalipun, tapi lebih banyak dari mereka yang hancur ketika melawan arus tersebut dan, arus tersebut tidak akan berhenti, tidak akan menjadi sebuah halangan bagi si arus untuk berhenti walau ada peristiwa sebesar apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun