Mohon tunggu...
Puji Alphatehah Adiwijaya
Puji Alphatehah Adiwijaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

An ordinary man blessed with spirit of "ATITA ARTHA ANTHA"

Selanjutnya

Tutup

Roman Pilihan

Perjalanan dalam Untaian "Maaf"

11 November 2023   13:21 Diperbarui: 11 November 2023   13:23 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Telah sekian lama berjalan hingga ribuan kali berlalu berbagai keadaan, situasi, rasa, karsa dan makna. Bukan perihal jarang yang dilakukan menimbulkan kekecewaan, amarah, tangis hingga tawa bahagia. Manusia pada hakikatnya akan berjalan di jalurnya, dalam perjalanan itu ia akan menemui jutaan pengalaman yang menghiasi menjadi warna dalam jalan yang panjang tersebut. Berbagai sosok dengan jenis dan sifatnya masing-masing pasti akan ditemui. Untuk itu disampaikan pula makna dalam bentuk air mata dan maaf.

Maaf, bilamana selama perjalanan yang dikendarai sang rasa ini menjadi perjalanan yang buruk. Penuh dengan liku hingga turunan terjal yang tak jarang membuat penumpangnya teriak histeris.

Maaf, bilamana dalam perjalanan ini telah bersikap ugal, tak pernah memperhatikan keadaan, semuanya sendiri, egois nan keras kepala hingga menyebabkan berbagai cedera penumpangnya.

Maaf, bilamana terjadi berbagai pemaksaan kehendak, kejadian yang dipaksakan hingga situasi canggung yang dipaksa hangat. Bukan karena kehendak pribadi tetapi rasa selalu ingin mendekati selalu muncul.

Maaf, bilamana keadaan perjalanan tak sesuai ekspektasi, Jalan yang dijajaki ternyata jauh lebih buruk dari apa yang dibayangi.

Maaf, bilamana perjalanan beda teramat sangat jauh dengan harapan yang disampaikan hingga junjungan Tuhan diatas sana, harapan yang disampaikan tentu selalu indah tetapi sang kenyataan berbeda wujudnya.

Maaf, bilamana perjalanan diawali dengan situasi yang buruk. Namun, bukan berarti akan terus memburuk, niscaya perubahan dan kebaikan akan nyata dan hadir pada waktunya.

Tentu saja, pada perjalanannya akan terlihat omong kosong bilamana hanya disampaikan dalam untaian sastra. Disadari bahwasannya dalam setiap liku perjalanan yang ada dan terus berjalan ini banyak sekali panjatan doa hingga tetesan air mata. Entah, jalan yang panjang didepan berwujud seperti panjatan doa ataupun kehendak supir dan penumpang. Pasalnya, jalan yang dilalui belum pernah terpetakan, belum pernah dijalani oleh seorang pun di dunia. Berarti, akan menjadi hal lumrah jika didepan nanti banyak kejadian tak terduga dan ribuan misteri unik. Hingga pada akhirnya menemui akhir dari perjalanan panjang ini, tak diketahui dalam bentuk apa nan bagaimana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun