Taukah kawan berapa banyak jumlah usia produktif di Indonesia kali ini? Tentu sebagian besar dari mereka mempunyai impian dan cita – cita yang mereka dambakan. Mulai dari menjadi dokter, guru hingga menjadi selebritis. Berdasarkan pengamatan dan beberapa surve yang saya lakukan pada beberapa orang dekat saya, kebanyakan dari mereka memimpikan dirinya untuk menjadi seorang aktris, aktor, model sampai penyanyi. Berbagai macam kontes dan casting selalu mereka ikuti, konon untuk meraih mimpi mereka menjadi selebritis. Bagi yang lolos sudah pasti girangnya minta ampun nah, bagi yang belum lolos mereka anggap sebagai ujian kesuksesan mereka.
Bahkan, berbagai macam kursus modeling, vokal atau akting mati –matian mereka jalani. Mereka yang punya berat badan berlebih pun rela menurunkannya demi sebuah peran sandiwara, mereka yang punya kulit gelap rela melakukan perawatan sampai wajah bercak merah terkena bahan kimia. Sebenarnya alasan mereka tidak muluk – muluk yaitu ekonomi. Yang mereka lihat adalah sudah tenar dapat duit pula. Hidupnya pun terkesan enak, apa – apa serba mewah dimana – mana di kenal orang, masuk tv sejam duit sudah membanjiri dompet.
Berbeda halnya ketika saya mengatakan, bagaimana dengan seorang penulis?Tak ada sedikitpun reaksi dari mereka. Penulis, sebuah profesi yang tak menjanjikan namun menghasilkan.Kalau di bandingkan dengan profesi lain seperti dokter, guru atau bahkan menteri memang menjadi seorang tukang tulis tidak akan menjanjikan sebuah materialistik. Pasalnya, si tukang tulis ini hanya akan bisa menulis jika ada sesuatu yang akan dia tulis. Pertanyaannya bagaimana jika tak ada yang di tulis?
Disinilah bedanya, menulis tidak hanya sekedar mengungkapkan apa yang ada dan menuliskannya. Tetapi, membenahi dinamika kehidupanyang ada dengan tulisan. Sebuah ilmu yang di ikat dengan sebuah ikatan yang disebut dengan tulisan akan memberikan pengaruh yang demikian besar pada dunia. Tulisan adalah sumber ilmu yang sudah dikenal sejak zaman purba beratus – ratus abad lamanya. Sekarang saya mengajak anda semua mengenang pelajaran sejarah diwaktu SMP dahulu. Pada kematian raja fir aun, orang – orang mesir kuno pada masa itu, sudah mengenal huruf heroglif dan menuliskannya pada batu sebagai tanda. Seandainya mereka tidak pernah menuliskan sesuatu apakah mungkin kita akan mengetahui adanya tanda – tanda kehidupan pada masa itu.
Selain itu menulis adalah suatu terapi psikologi. Pernahkah kawan menulis diary? Tidak usah muluk – muluk setiap hari paling tidak sekali atau dua kali pernah menuliskan kegundahan hati pada suatu kertas atau buku. Setelah menuliskan segala kegundahan anda apa yang anda rasakan? Lega tentunya. Nah, secara tidak sadar anda sudah membersihkan diri anda dengan mengeluarkan deretan – deretan kata pada diary anda. setiap kata yang anda tulis adalah beban pikiran anda yang anda keluarkan secara perlahan dan teratur. Lalu, pikriran dan alam bawah sadar anda akan kembali rileks dengan respon tulisan yang anda keluarkan bersama dengan luapan emosi anda tadi.
Lagi, masih ingatkah seorang tokoh yang mempunyai buku yang berjudul The prince? Dia adalah Machiaveli. Ya, buku ini sangat fenomenal, meski judulnya adalah “sang pangeran” namun isinya menyaratkan sebuah kekerasan seorang pemimpin dalam merebut kekuasaannya. Abad lalu, seorang Napoleon Bonaparte menemukan buku ini dan dengan bijak menjadikannya sebagai pedoman melancarkan serangan ke beberapa negeri. Menjadikannya panglima dunia yang membuat prancis negara adikuasa pada masanya. Hanya berpegang sebuah ide yang ditulis dalam bentuk buku dapat menjadikan seseorang yang membacanya menjadi terpengaruh dan mengubah dunia.
Itu berarti sebuah ide atau gagasan yang di abadikan dalam sebuah tulisan akan menjadikan pengaruh besar terhadap dunia. Seandainya ada banyak ide yang mencerahkan itu dapat di tulis dan kemudian diketahui oleh orang banyak maka begitu indahnya dunia ini dengan inspirasi – inspirasi yang menumbuhkan. Sayangnya, ada beberapa faktor yang menjadikan mereka enggan menuliskannya. Selain minder atau kurang percaya diri urusan materi pun jadi pertimbangan.Tidak munafik, manusia hidup juga membutuhkan makan, minum dan berbagai keperluan pribadi mereka masing – masing.Memang benar. Menulis tidaklah menjanjikan anda menjadi kaya harta tetapi setidaknya menghasilkan perubahan dan yang membuat dunia ini menjadi lebih baik. Dunia ini membutuhkan pencerahan yang berwujud dengan ide atau gagasan anda yang tertulis.
Jangan khawatir, penulis pun juga bisa menjadi artis, aktor bahkan penyanyi. Masih ingat penulis novel fenomenal Harry potter, J.K Rowling. Namanya terkenal karena tarian penanya yang begitu menggema, menjadikan novelnya diangkat menjadi sebuah film legendaris dunia.Selain itu, penulis yang masih hangat – hangatnya di Indonesia saat ini adalah Andrea Hirata. Lewat kisah pengalaman hidup yang dituliskannya dengan rapih, membuat dunia melirik pulau belitong yang tak pernah di lirik orang sejarah dan aromanya.
Jadi tunggu apalagi, asah penamu dan jadilah selebritis pengubah dunia dengan gagasan mencerahkan yang kelak dapat menaklukkan dunia.Jangan biarkan dunia ini gelap tanpa cahaya ilmumu yang tak pernah tertuliskan. Mari menulis, mari membangun dunia!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H