Mohon tunggu...
PUJI LIANA WATI
PUJI LIANA WATI Mohon Tunggu... Guru - SDN Barusai 01

PENDIDIKAN

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Cooperative Learning

16 Agustus 2021   08:00 Diperbarui: 16 Agustus 2021   08:09 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS GABUNGAN DUA BANGUN DATAR MELALUI MODEL THINK-PAIR-SHARE (TPS) DI KELAS V SD BARUSARI 01 SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2019/2020

 

Puji Liana Wati)

1 SDN Barusari 01

 ABSTRAK

  • Pembelajaran matematika masih menggunakan metode konvensional membuat karakter kreatif dan hasil belajar siswa kelas V SD SDN Barusari 01 Kecamatan Semarang Selatan rendah, sehingga perlu dilakukan perbaikan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Tujuannya untuk mengetahui peningkatan karakter kreatif dan hasil belajar matematika. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I mencapai 71,43% dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan karakter kreatif dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika materi luas gabungan dua bangun datar pada siswa kelas V SDN Barusari 01   Kecamatan Semarang Selatan. Diutamakan untuk peneliti berikutnya harus dapat memilih model dan media pembelajaran yang tepat dalam melakukan perbaikan proses pembelajaran.

Kata Kunci : Karakter Kreatif, Hasil Belajar Matematika, Think-Pair-Share

PENDAHULUAN

Matematika selama ini masih menjadi pelajaran yang dianggap sulit, bahkan dianggap momok bagi sebagian peserta didik. Rendahnya minat belajar peserta didik terhadap pelajaran ini sudah menjadi kenyataan yang bisa kita jumpai sehari-hari, sehingga tidak heran apabila nilai matematika siswa lebih rendah dibanding nilai pelajaran yang lain. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah yang dapat mengajak siswa untuk berpikir dan mengasah otaknya. Namun seringkali ketika siswa diberikan soal yang berbeda dengan contoh soal yang dijelaskan oleh guru, mereka terlihat kebingungan. Bahkan mereka belum bisa berkreatif sehingga ketika diberikan soal, mereka masih menggunakan rumus yang sama dengan yang diberikan gurunya.

Di Indonesia, sejak bangku SD sampai perguruan tinggi, bahkan mungkin sejak play group atau sebelumnya (baby school), syarat penguasaan terhadap matematika jelas tidak dapat dikesampingkan. Untuk dapat menjalani pendidikan selama di bangku sekolah sampai kuliah dengan baik, maka anak didik dituntut untuk dapat menguasai matematika dengan baik (Masykur, 2009: 41-42).

Mendengar matematika seolah-olah terbayang akan sederatan angka yang rumit dan rumus-rumus yang sangat banyak. Gambaran tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika perlu diperbaiki guna menarik minat peserta didik dalam mempelajari matematika yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Mengingat pentingnya matematika, seorang guru harus memiliki kemampuan yang mumpuni di bidang strategi dan model pembelajaran matematika yang bervariasi. Model pembelajaran yang digunakan harus tepat dan sesuai dengan kondisi peserta didik, baik usia, waktu, maupun variabel lainnya, dan yang lebih penting lagi, metode pembelajaran harus tetap mengacu kepada hakikat matematika dan juga teori belajar (Masykur, 2009: 55).

Hasil belajar itu sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor yang salah satunya adalah faktor guru. Guru merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam menentukan berhasil atau tidaknya pendidikan. Seorang guru yang baik bukan hanya pandai menjelaskan konsep, prinsip dan teorema saja, tetapi guru juga harus dapat mengajar dengan menciptakan kondisi yang baik untuk dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam  proses belajar. Guru juga dituntut memiliki kemampuan merancang strategi pembelajaran dan dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri sehingga menarik minat peserta didik dalam belajar.

Dalam pembelajaran matematika, ternyata banyak siswa yang mengalami kesulitan. Terbukti dengan rata-rata nilai matematika siswa yang baru mencapai 52,79 pada kompetensi dasar sebelumnya. Begitu pula dengan karakter kreatif siswa yang berdasarkan observasi hanya mencapai nilai 1,25 atau dalam kategori belum terlihat.

Untuk itu, dalam penelitian ini peneliti ingin menciptakan lingkungan pembelajaran yang dapat mendorong siswa berpikir kreatif dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Dengan model tersebut, siswa diminta berpikir (Think) kreatif secara individu atau mandiri, kemudian berpasangan (Pair) untuk lebih menggali kreativitasnya dan terakhir berbagi (Share) kepada siswa lain tentang apa yang telah mereka dapatkan saat berpasangan.

Dari uraian di atas, guru berusaha melakukan perbaikan proses pembelajaran melalui metode Think-Pair-Share (TPS) karena berpasangan dengan temannya, diharapkan mereka tidak malu untuk berdiskusi menemukan cara lain untuk menyelesaikan soal. Seringkali ketika guru meminta siswa bertanya bagi yang belum mengerti, siswa cenderung malu untuk bertanya.

  • Alternatif atau solusi untuk pemecahan masalah tersebut adalah sebagai berikut:
  • Guru menjelaskan materi dengan bantuan media kertas warna, di mana guru memperlihatkan berbagai macam bentuk bangun datar dari kertas warna tersebut. Kemudian guru memajangnya di papan tulis. Guru memberikan contoh soal dan pembahasannya. Setelah itu siswa diberikan masalah dalam bentuk LKS yang berkaitan dengan materi matematika untuk dipikirkannya secara mandiri atau individu (Think). Setelah waktu yang ditentukan untuk berpikir mandiri selesai, siswa diminta berpasangan (Pair) dengan temannya untuk berdiskusi tentang apa yang sudah mereka pikirkan secara mandiri tersebut. Di sini, guru berharap siswa tidak malu untuk mengeluarkan ide-ide kreatifnya dalam menyelesaikan soal dan saling bertanya, berdiskusi dengan temannya. Dalam waktu yang telah ditentukan, setelah berdiskusi berpasangan, ada perwakilan kelompok berpasangan untuk memaparkan hasil diskusi berpasangannya kepada teman-teman atau pasangan lain (Share).
  • METODE

Subjek penelitian pada perbaikan pembelajaran ini adalah siswa kelas V SDN Barusari 01 Kecamatan Semarang Selatan Tahun Pelajaran 2018/2019 pada mata pelajaran Matematika dengan materi pokok luas gabungan bangun datar. Kelas yang diteliti adalah kelas V dengan jumlah 20 siswa yang terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Penelitian dilakukan di SDN Barusari 01 Kecamatan Semarang Selatan Kota Semarang yaitu di ruang kelas V. Proses pelaksanaan penelitian terbagi menjadi dua siklus dengan jadwal pelaksanaan sebagai berikut:

  • Siklus I
  • Rabu, 3 Oktober 2018 pukul 07.15--08.25 WIB.
  • Siklus II
  • Kamis, 11 Oktober 2018 pukul 07.15--08.25 WIB.

Desain prosedur pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran dalam laporan ini terdiri atas dua siklus. Setiap siklusnya terdapat empat tahap, yaitu: Perencanaan, pelaksanaan, Pengamatan, Refleksi. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik nontes berupa observasi. Teknik tes merupakan alat ukur, instrumen atau prosedur pengukuran yang dipergunakan untuk mengetahui hasil kemampuan peserta didik. Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang soal-soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Pengamatan atau observasi untuk memperoleh data tentang perilaku peserta didik dalam penggunaan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS). Pengamatan terhadap peserta didik bertujuan untuk memperoleh data tentang perilaku selama mengikuti proses pembelajaran, baik pada siklus I maupun siklus II. Pengamatan terhadap guru bertujuan untuk memperoleh data tentang persiapan dan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan. Agar hasil penelitian obJektif, melibatkan teman sejawat sebagai kolaborator untuk mengamati jalannya proses pembelajaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran Matematika materi Luas Gabungan Bangun Datar dengan Model Thair Pair Share diperoleh data dari 20 anak kelas V SDN  Barusari 01 terdapat 14 siswa yang tidak tuntas sekitar 70 %  dengan nilai  kurang dari ketuntasa minimal yaitu dibawah 62.  Siswa yang tuntas dengan  nilai di atas 62 adalah sekitar 30 % ada 6 siswa.. Hasil belajar pada siklus I belum sesuai yang diharapkan oleh peneliti (kriteria ketuntasan 90%) maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II agar terjadi peningkatan prestasi belajar siswa.

Dalam pembelajaran siklus II dilakukan proses perbaikan rencana mengajar dengan materi Luas Bangun Dua Gabungan Datar dengan alokasi waktu 2 x 35 menit (70 menit). Adapun proses pembelajaran diawali dengan merancang rencana perbaikan pembelajaran berdasarkan analisa masalah yang ditemukan pada pembelajaran siklus 1, dengan menggunakan Model Think Pair Share. Dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa di siklus II, nilai tertinggi yang di dapat siswa adalah 100 ( 4 ) siawa dan nilai terendah adalah 50 ( 2 anak  ).

  • Pada saat melakukan penelitian pada siklus I, peneliti menemukan beberapa kekurangan dalam pembelajaran diantaranya kurangnya keaktifan siswa dalam diskusi kelompok karena guru kurang memotivasi siswa. Hal itu menyebabkan hasil yang diharapkan tidak sesuai target karena masih banyak siswa yang tidak memperhatikan saat melakukan pengamatan dan diskusi kelompok. Hal itu menjadi pertimbangan bagi peneliti sehingga pada siklus II peneliti mendesain pembelajaran dengan diskusi kelompok yang lebih baik agar lebih memotivasi siswa sehingga  pada saat melakukan diskusi siswa lebih fokus dan memperhatikan. Hal itu terbukti dapat meningkatkan ketuntasan klasikal dari 30 % pada siklus I meningkat 55 % sehingga pada siklus II ketuntasan klasikal mencapai 85%.
  • Hasil belajar pokok bahasan Luas Gabungan Dua Bangun Datar pada siklus I dan siklus II terjadi peningkatan. Terbukti pada siklus I dari 20 siswa yang belum tuntas ada 14 siswa atau 70% dan yang tuntas ada 6 siswa atau 30%. Sedangkan pada siklus II dari 20 siswa yang belum tuntas ada 3 siswa atau 15% dan yang tuntas ada 17 siswa atau 85%. Berikut perbandingan hasil belajar siswa padasiklus I dan siklus II sebagai berikut:
  • Hasil ini sesuai dengan pendapat Sumadi Suryabrata (2004: 253) yang menyatakan bawa tenaga pendidik dalam lembaga pendidikan harus dapat memberikan pengarahan, bimbingan khusus baik individu maupun kelompok terhadap anak didik mengenai kedua faktor psikologis tersebut. Setelah adanya pengarahan, bimbingan, dan motivasi dari pendidik diharapkan, anak didik tersebut memiliki semangat belajar dan minat mengikuti pelajaran yang tinggi, sehingga nantinya hasil belajar yang dihasilkan lebih baik dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Minat dan motivasi tersebut bisa dikembangkan dengan memberikan ruang kepada siswa untuk belajar kelompok dan berkompetisi dengan tetap di bawah bimbingan guru seperti dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan Metode Think Pair Share yang diberikan kepada siswa.
  • Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) sangat berpengaruh pada peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar. Serta membantu pendidik dalam menanamkan konsep materi pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi efektif, menyenangkan dan bermakna untuk dapat mencapai ketuntasan belajar peserta didik. Dengan perolehan ketuntasan peserta didik yang mencapai 85% pada siklus 2, maka proses perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas dihentikan sampai tahap siklus 2. Hal ini karena jumlah peserta didik yang memperoleh nilai mencapai KKM sudah memenuhi target pendidik.


  • SIMPULAN 

    Berdasarkan analisis pengaruh penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)  dalam kreativitas belajar dan hasil belajar peserta didik maka dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS)  memberikan pengaruh positif pada perilaku peserta didik selama aktivitas pembelajaran yaitu peserta didik nampak antusias dan berpartisipasi aktif selama pembelajaran berlangsung. Hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika SDN Barusari  01 tahun pelajaran 2019/2020 memperoleh nilai mencapai KKM pada siklus 1 sebanyak 6 siswa (30 %) meningkat pada siklus II menjadi 17 siswa (85%) yang mencapai KKM.

    Penggunakan model Think-Pair-Share (TPS) pada pembelajaran matematika materi luas gabungan dua bangun datar terbukti dapat meningkatkan karakter kreatif dan hasil belajar siswa kelas V SDN Barusari 01 Kecamatan Semarang Selatan. Peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II adalah 55%.

    Berdasarkan simpulan penelitian yang sudah dikemukakan, maka peneliti menyampaikan beberapa saran yaitu pendidik diharapkan mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang efektif dan inovatif sehingga dapat membuat aktivitas belajar peserta didik aktif dan menyenangkan. Serta pendidik diharapkan dapat menggunakan model pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik secara maksimal.

    DAFTAR PUSTAKA

    Masykur, Moch dan Abdul Halim Fathani. (2009). Mathematical Intellegence. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

    Mono. (2014). Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) terlengkap. http://www.pakmono.com/2014/09/model-pembelajaran-think-pair-share-tps.html diunduh tanggal 21 September 2017

    Muhsetyo, Gatot., dkk. (2017). Pembelajaran Matematika SD.Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

    Suprijono, Agus. (2011). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

    Wardani, dkk. (2017). Pemantapan Kemampuan Profesional. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun