Mohon tunggu...
Puji Rahmawati
Puji Rahmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan prodi pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia Universitas islam Sultan Agung Semarang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Beauty Privilege, Pentingkah?

23 Desember 2022   23:50 Diperbarui: 27 Desember 2022   10:54 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Puji Rahmawati - Dr. Ira Alia Maerani S. H, M. H (mahasiswa pendidikan Bahasa dan sastra Indonesia - Dosen FH UNISSULA) 

Di sadari ataupun tidak, kita telah lama menerapkan standart cantik seseorang terletak pada fisik saja. Standart kecantikan yang ada di masyarakat itu tidak ada yang realistis, misalnya perempuan cantik itu tinggi, kulitnya harus putih mulus, kurus, rambut lurus, hitam dan panjang, alis harus on point, bulu mata lentik dan lain sebagainya. 

Sementara kebanyakan perempuan terlahir natural tidak seperti itu, dan akhirnya yang bisa mereka lakukan untuk mencapai kategori cantik itu perempuan rela melakukan hal-hal yang di larang oleh agama, yaitu dengan cara memodifikasi tubuh mereka, entah dengan cara diet ekstrem, eyelash, operasi plastik, dan hal lain supaya mereka bisa mencapai standart cantik.
 Allah berfirman dalam Q.S Al-Ahzab:33
.....
".... dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah (yang dahulu).."
Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda:

"Allah akan melaknat wanita yang suka mentato tubuhnya dengan cara memasukkan jarum yang di sertai nilai atau celak dalam tubuhnya, wanita yang mencabut bulu-bulu di sekitar wajahnya, termasuk memperpendek dan menghilangkan bulu alisnya, wanita yang mengikir celah-celah giginya supaya menjadi renggang, dan yang mengubah ciptaan Allah" [HR. Bukhari Muslim].

Sudah jelas dari dua dalil tersebut bahwa kita tidak boleh mengubah ciptaan Allah hanya untuk mencapai standart kecantikan yang ada di masyarakat, hanya untuk terlihat cantik di mata manusia.

Perempuan katanya bisa memilih ingin mengikuti standart yang ada atau tidak. Apakah iya? Kenyataannya kecantikan itu sangat mempengaruhi kehidupan seseorang, terutama perempuan. Mau gampang dapat kerjaan? Mesti cantik, mau ga kena body shaming, mesti cantik. Bahkan percaya atau tidak, di lingkungan kampus pun yang cantik itu akan mendapatkan special treatment dari sekitar, entah itu dosen maupun teman-temannya.

Mayoritas perempuan ingin tampil cantik, tidak ada yang salah dengan hal itu, yang penting jangan mau di dikte oleh standart kecantikan yang di buat oleh orang lain, ambil definisi kecantikanmu sendiri. Standart kecantikan yang sudah tidak memanusiakan kita sebagai perempuan sudah seharusnya di tinggalkan.

Betapa menjenuhkannya bila semua perempuan harus tinngi, kulit putih mulus, kurus, rambut yang lurus hitam dan panjang. Tak ada yang harus seragam di penampilan kita sebagai perempuan. Kita di bekali sesuatu yang lebih cantik dari yang kita duga. Kamu yang gemuk, pendek, kulit gelap mengapa harus terganggu dengan ekspektasi orang lain. Kekayaan ekspresi mempunyai pesonanya sendiri. Kecantikan tidak akan menjadi previlige apabila perempuan tidak bisa percaya diri mengekspresikannya.

Seseorang menjadi cantik karena tindakannya, karena perbuatannya, karena aktivitasnya. Barangsiapa yang mampu berbuat baik kepada sesama, mampu bermanfaat bagi orang lain, sanggup menggerakkan sekitar untuk melakukan hal-hal baik, itu lah secantik-cantiknya perempuan.

Kecantikan bukan semata kualitas bawaan yang melekat pada seseorang, melainkan juga energi yang menyebar dan bisa di rasakan oleh sekelilingnya. Dengan itulah akhirnya kecantikan menjadi berdampak. Kecantikan perempuan tidak harus di samaratakan. Mari tentukan sendiri definisi cantikmu.

Cantik itu mereka yang berani punya mimpi dan ambisi juga kemurahan hati dan empati. Sebab perempuan bukan pemandangan dan kecantikan tidak untuk di perlombakan (Najwa Shihab).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun