Mohon tunggu...
pujaria farida
pujaria farida Mohon Tunggu... -

sedang belajar sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tanya Sebuah Penuturan

30 Mei 2012   07:34 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:36 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Langit mengamuk,

bumi meronta.

Murka untuk bocah renta

yang meneriakkan gurindam kesunyian.

Harga dirinya ditelanjangi,

hak dan haq-nya lunglai

diperkosa atas nama sebuah kehausan

cucu cicit dewa, pongah dan bebal

sudah putus urat malunya.

Sibuk bernyanyi dan menari

hingga telinga mereka menjadi tuli.

Aduhai, jika para pemangku tanggung jawab

sudah buta dengan mata terbuka

kemana lagi kami akan bercerita?

tentang murahnya harga nyawa

seorang anak manusia.

13 Desember 2011

Dalam perjalanan kembali ke bumi Jogja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun