Engkaulah kata pertama yang mampu aku eja
Engkau yang mampu menenangkanku disaat badai menerpaku
Engkau pula yang mampu menghangatkanku saat kedinginan menghampiriku
Engkau yang selalu setia mendengar keluh kesahku
Engkau yang kini tak mampu lagi bersamaku
Tepat lima tahun yang lalu saat dokter menyatakan kau sudah pergi
Aku tak mampu berkata apa-apa
Aku hanya terpaku disamping pembaringanmu
Aku tak mampu menerima kenyataan pahit itu
Tapi aku berusaha tegar walaupun air mata tak mampu lagi aku bendung
Aku menangis didalam kesepianku
Aku menghujat tuhan
Aku terpuruk, tenggelam dalam kubangan duka tanpa tepi
Kini lima tahun sudah engkau terbaring dibawah pusara itu
Terkubur dalam kenangan indah yang tak mungkin kembali
Ibu,,
Maafkan aku, terlalu lama aku tak menjenguk pusaramu
Kini, aku disini Ibu
Melepas rindu yang telah lama kusimpan untukmu
Melalui lantunan do'a aku memelukmu Ibu
Berharap suatu saat nanti kita akan bersama lagi di tempat yang indah
Maafkan semua kesalahan anakmu ini Ibu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H