Mohon tunggu...
Puja Ocktaviani
Puja Ocktaviani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Univeritas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Langkah Pasti Mengatasi Masalah Kesehatan Mental Remaja dengan Pemberdayaan Masyarakat

25 Maret 2023   22:57 Diperbarui: 26 Maret 2023   16:54 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Isu mengenai masalah kesehatan mental remaja belakangan ini semakin gencar di perbincangkan. Berbagai riset banyak dilakukan oleh sejumlah organisasi untuk mengetahui lebih jelas mengenai masalah kesehatan mental, khususnya pada usia remaja. Salah satunya, riset yang dilakukan oleh Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), yang dilakukan pada tahun 2020 pada 393 remaja. Dalam risetnya, WHO mengatakan jika satu dari empat remaja di usia 16 sampai 24 tahun mengalami gangguan kesehatan jiwa. Penyebabnya bermacam-macam, pada usia yang tergolong masa peralihan dari remaja menuju ke dewasa ini, remaja memang kerap dihadapkan banyak tantangan dan pengalaman baru dalam hidupnya. Perkembangan biologis dengan aktifnya hormon reproduksi, pencarian dan pembentukan identitas diri, dengan disertai ketidakstabilan emosi membuat remaja cenderung impulsif dalam menghadapi permasalahan atau pengambilan keputusan. Selain itu, lingkaran keluarga dan pertemanan yang kurang baik, dengan tuntutan pendidikan yang berat, juga dapat menjadi faktor utama remaja mengalami masalah kesehatan mental. 

Banyak kemungkinan buruk yang dapat terjadi jika remaja tak mampu menyelesaikan permasalahan mereka. Tekanan yang mereka dapatkan dari berbagai sumber seperti keluarga, pertemanan, dan pendidikan bisa saja memunculkan gejala-gejala kecemasan yang dapat memburuk akibat stres berkepanjangan. Biasanya, terdapat tiga tipe remaja dalam menyelesaikan permasalahannya. Remaja yang memilih bercerita dengan teman dalam mengatasi permasalahannya, remaja yang memilih tak ambil pusing, dan juga ada remaja yang memilih memendam sendiri dan berakhir menyakiti diri, putus asa, dan rasa ingin mengakhiri hidup. Hal tersebut, dapat beresiko tinggi jika  remaja dibiarkan saja tanpa dirangkul dan mendapat penangan ahli. Sayangnya, meskipun perkembangan zaman sudah begitu pesatnya, masih banyak masyarakat yang kurang peduli dan menganggap tabu mengenai permasalahan kesehatan mental ini. 

Remaja yang memilih memendam permasalahannya, biasanya adalah remaja dengan keluarga atau lingkungan yang menganggap remeh kesehatan mental. Di Indonesia sendiri, pemahaman masyarakat mengenai masalah kesehatan mental masih sangat rendah. Anggapan mengenai seseorang yang meninggal dengan mengakhiri hidupnya sendiri adalah orang yang lemah dan kurang beriman, masih tertanam dalam pola pikir masyarakat, khususnya masyarakat menengah kebawah. Padahal, sedikit saja  kepedulian mereka sangat penting dalam mencegah masalah kesehatan, khususnya pada remaja.

Keluarga yang merupakan rumah pertama sangat berperan penting dalam menjaga kesehatan mental anak. Sebenarnya peran mereka dalam mendengarkan keluh kesah anak, memberi arahan dan solusi dalam menyelesaikan masalah tanpa menuntut anak  dengan  keras sudah cukup menghindarkan anak dalam tekanan stres. Namun kembali lagi, hal  sepele seperti itu akan sulit dilakukan jika keluarga tersebut memang tumbuh dalam lingkungan masyarakat yang minim pemahaman mengenai kesehatan mental. Pada akhirnya, karena merasa tak mendapatkan kepedulian dan terus merasa kesepian, anak atau remaja tersebut berpikir lebih baik mengakhiri hidup daripada terus merasa terbebani hidupnya.

Kurangnya kepedulian keluarga atau masyarakat mengenai kesehatan mental ini akan semakin serius jika tidak dibarengi upaya-upaya dalam mengatasinya. Setidaknya, perlu dilakukan beberapa tindakan agar kepedulian masyarakat mulai terbangun sehingga kasus-kasus kematian akibat gangguan kesehatan mental dapat ditekan. Mengingat jumlahnya sudah tidak sedikit lagi, dan terus bertambah setiap harinya. Oleh karena itu, perlu ada langkah pasti dalam mengatasinya, seperti dengan melakukan pemberdayaan pada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses pengembangan potensi baik dalam pengetahuan maupun keterampilan masyarakat sehingga mereka mampu mengontrol diri dan terlibat dalam memenuhi kebutuhan mereka sendiri atau mencapai kemandirian. 

Dalam pemberdayaan masyarakat, peran aktif masyarakat sangat dilibatkan bukan hanya sebatas objek saja, tetapi juga sebagai subjek dalam kegiatan. Terdapat dua hakikat dalam pemberdayaan, yang pertama To give ability or enable to, yaitu meningkatkan kemampuan masyarakat; dan yang kedua To give power or authority to, yaitu mendelegasikan kekuasaan, dan kewenangan kepada si pelaksana pengembangan masyarakat.  Pelaksana disini yaitu, mereka yang terdiri dari pekerja sosial, sukarelawan atau volunteer yang kemudian bekerja pada basis individu dengan melibatkan masyarakat sebagai penggerak. Pada konteks mengatasi masalah kesehatan mental pada remaja, pelaksana dapat merupakan seseorang atau sekelompok orang yang cukup memahami masalah kesehatan mental. 

Pemberdayaan masyarakat kemudian dapat dilakukan dengan mengadakan kegiatan berupa seminar dan kampanye kesehatan mental dengan tujuan memberikan kesadaran pada masyarakat mengenai pentingnya kesehatan mental, terkhusus pada remaja yang kerap mengalaminya. Pelaksana dapat bekerja sama dengan masyarakat yang sebelumnya sudah memiliki pemahaman yang cukup mengenai kesehatan mental untuk dapat melakukan sharing pada masyarakat lainnya dan mengajak untuk melakukan kampanye yang dapat meningkatkan kesadaran sesama, mengenai dampak dan akibat dari masalah kesehatan mental remaja, serta upaya dalam mengatasinya. Selain dengan kegiatan berupa seminar dan kampanye tersebut, pelaksana juga dapat mendatangkan ahli seperti psikolog dalam menangani masalah kesehatan mental remaja.  Dengan begitu, remaja akan mendapatkan penanganan yang tepat dengan melakukan konsultasi hingga terapi-terapi dalam mengatasi gejala kecemasannya. Setelah upaya meningkatkan kesadaran masyarakat dan penanganan tepat pada remaja, maka masalah kesehatan mental remaja dengan perlahan namun pasti akan mulai teratasi. 

Referensi

Martel, Adele, and D. C. Fuchs. 2017. "Child and Adolescent Psychiatric Clinics of North America." Elsevier. Vol 26, no. 2 (April). https://doi.org/10.1016/j.chc.2017.01.001.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun