Mohon tunggu...
Primanata Dian Isa
Primanata Dian Isa Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Bencoolen Magazine

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Pantun Melayu

28 Oktober 2012   21:47 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:16 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Pantun Melayu Petuah Pujangga"

Ini kisah,kisah cerita
Cerita lama dahulu kala
Sengaja hamba tuangkan kata sayang
Sengaja hamba goreskan pena sayang
Untuk menghibur hati nan lara
Untuk menghibur hati yang luka dan duka

Cari jodoh,eh cari jodoh
Jodoh di takdir suratan tangan
Tak perlu puan ramal meramal sayang
Tak perlu tuan ramal-meramal sayang
Bukan kah Tuhan telah janjikan
Bukan kah Tuhan pasti berikan

Gadis manis cantik rupawan
Cincin permata di jari tangan
Sia - sia penuh pesona sayang
Sia - sia wajah jelita sayang
Jika sombong dipelihara
Jika sombong kau tanam di jiwa

Pemuda tampan dan kaya
Hidung mancung merah bibirnya
Tiada guna rupa sempurna sayang
Tiada guna rupa menggoda sayang
Jika hobi permainkan hati
Jika hobi menduakan hati

Bajunya putih tangan bertasbih
Tuturnya sejuk damaikan hati
Lidah dan kata patut di jaga sayang
Ucap dan tingkah patut di jaga sayang
Agar tiada luka di hati
Agar tak ada menyinggung pribadi

Rambut di pirang antingnya enam
Kuku di jari diwarna hitam
Semua itu tuhan yang beri sayang
Semua itu tuhan yang kasih sayang
Coba hargai diri sendiri
Coba sayangi apa yang dimiliki

Nyonya dan Tuan orangnya kaya
Mobilnya banyak harta berlimpah
Jangan pelit harta dunia sayang
Janganlah pelit harta yang di punya sayang
Sodakoh itu wajib hukumnya
Zakat itu mensucikan harta

Saudagar pandai berdagang
Priyayi berbudi pekerti
Ilmu itu bekal di diri sayang
Ilmu itu sangat berarti sayang
Sudilah puan untuk berbagi
Sudilah tuan riang memberi

Sungai Musi mengalir tenang
Batang hari di negeri Jambi
Tuan dan puan jangan tersinggung sayang
Puan dan Tuan jangan tersinggung sayang
Pantun melayu sampai disini
Pantun melayu hamba akhiri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun