Ditujukan buat para pimpinan pt pos indonesia persero.
Tulisan ini saya buat berdasarkan pengalaman saya ketika dinas kerja di batam,besar harapan saya bapak/ibu pimpinan pt pos cabang batam membacanya.
September,sabtu 14 2013.
Saya yang bernama Primanata Dian Isa (saya sendiri) mengirimkan 2 unit ponsel nokia bekas namun berkualitas yang saya beli di pasar kulakan jodoh,dan tentu harganya seujung kuku kaum mampu diatas saya.Kedua ponsel tersebut saya beli senilai 300rb,mengingat orang tua saya yang sudah tua saya pikir ponsel biasa (bukan ponsel canggih) cukup untuk ayah yang saat ini sudah berusia 73 tahun.Beliau sering tidak mendengar,sebab bunyi tawon bersabuk kening acapkali terdengar setiap beliau berbicara di telpon kala menghubungi saya,saya pikir itu masalah speaker ponsel yang beliau miliki sudah diluar standar layak pakai.Demikian saya putuskan hendak memberinya ponsel bekas namun berkualitas,dua unit ponsel tersebut saya belikan untuk ibu dan ayah saya.
Kemudian setelah itu kedua unit ponsel tersebut saya packing kedalam kardus eks headset berukuran mini,tidak lupa pula saya selipkan bukti kwitansi pembelian kedalam box tersebut sebelum saya rapikan dengan kertas pembungkus warna coklat/kertas kacang.Pada alamat saya tujukan untuk ibu Mala Ratina,SH dengan alamat perumahan pondok mutiara blok cg no 45.sidoarjo jatim,dan pengirim atas nama saya pribadi dengan nomor ponsel 081373450560,dan alamat nagoya. Segera setelah itu saya mengirimkan paket di unit pos area komplek industri muka kuning batam,jujur saya sadari saya berbohong mengatakan jika isi dari paket itu adalah sepasang sepatu kecil,saat itu saya berfikir bukan masalah meski isi sesungguhnya hanya 2 unit ponsel nokia bekas,dan bukan black berry atau ponsel canggih baru yang gelap.
Hari menjadi minggu,dan sudah tiga kali sabtu saya lewati,namun belum juga terdengar kabar jika hadiah sederhana saya itu sudah di otak atik ayah dan ibu yang jauh disana.Tentu saja dengan ponsel pintar saya ini,saya coba lacak dimana letak paket yang sudah saya kirimkan tersebut.Namun sayang seribu kali sayang,lagi-lagi karena sifat buruk saya yang acuh saya tidak tahu lagi dimana saya menyimpan salinan bukti pengiriman (nomor resi dari pt pos).
Menyadari kertas bukti pengiriman tersebut sudah hilang,saya kembali mengunjungi unit pos terkait untuk memohon bantuan melacak paket yang sudah dua minggu belum sampai tersebut. "Maaf pak tanpa nomer resi kami nggak bisa bantu" ujar pegawai pos dengan muka dingin,sejenak saya terdiam,mencoba memohon bantuan untuk diperlihatkan data pengirim pada tanggal 14 september atas nama saya primanata dian isa."Tidak bisa pak,kami tidak ada waktu untuk mencarinya" pegawai pos unit tersebut berkata dengan senyum kecut yang melecut rasa sesal saya.Untuk ketiga kalinya saya memohon "mungkin ada berkasnya disini,izinkan saya melihat nomer resinya"."Tidak bisa!" Kalimat itu saya dengar sebelum akhirnya saya dianggap patung.
Dengan segunung kecewa saya lesu melangkahkan kaki keluar koridor,rasanya tidak mungkin jika perusahaan sebesar pt pos persero dengan jaringan yang tersebar luas di seluruh pelosok, berperan dalam memajukan kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat melalui penyediaan layanan yang ditawarkan kepada masyarakat,sementara pelayanannya sangat mengecewakan?Apa mungkin komputer yang digunakan tidak menggunakan aplikasi sofware yang menyimpan data pengirim dan tanggal masuk pengiriman?,ahh.. sudahlah mungkin minggu depan paket itu akan tiba,gumam hati kecil saya pasrah.
Empat minggu berlalu,suara tawon bersabuk kuning jelas terdengar lagi dari ponsel ayah ketika ia menghubungi saya,"ini harus di kasih tau bagian atasnya (pimpinan)kalo kerja yang dibawah (karyawan) tidak beres,masa sudah 1 bulan lebih paket kamu nggak sampai?",kamu harus kirim email ke mereka!"desak ayah saya yang nyatanya masih menunggu kiriman saya bulan lalu.."Sudahlah pah,mungkin belum rezeki papa.."Saya mencoba melapangkan dada,menyadari sepenuhnya adalah kesalahan saya yang menghilangkan kertas dengan nomor resi tersebut"."Ya tapi kamu harus terus mencoba memberitahukan perihal ini kepada mereka,apapun jawaban mereka kita tunggu".demikian celoteh terakhir dari orang yang sangat saya sayangi di seluruh jagad raya ini.
Salam saya,nata
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H