Jalanan panjang berliku kecil sempit setapak
kuning tanahnya becek
setia krikil kecil di gilas roda-roda pedati
telanjang telanjang kaki tak perduli
bahu-bahu kekar hitam
legam berjemur diantara ramah hamparan sawah
dan pipit pipit uban tertawa lempar sebutir padi diatas kidung mereka
Tebal,kebal telapak kakinya
berjalan diatas krikil-krikil runcing
yang tak pernah jadi permadani mulus seperti tol Jakarta
tanpa permintaan
tanpa pengajuan
tanpa permohonan
dan tanpa rasa cemburu senyum sapa tetap tercurah
Toke-toke beras dengan musik MP3 nya
menari-nari goyangkan kaki di dalam sedan mulus berwarna putih
Hamparan sawah yang luas
Berhektar hektar
Berton-ton
kini sudah menjadi miliknya
Subsidi pupuk lancar mengalir
seperti air PDAM perumahan Elite
yang tak pernah berhenti mengalir
deras,deras,terus,dan terus
hingga karung-karung putih bergelimpangan di kilo-i pak tani
Pak tani kini menjadi kuli
Pak tani kini menjadi babu
babu yang di lempar sebutir beras oleh pipit uban
kuli telanjang dada di atas tanah sendiri
....................................
Sementara ku palingkan mata ke kota
Jalanan besar mulus lurus hampir tanpa tanah
Dihiasi gemerlap pijar sombongnya lampu kota
yang bersaing indah
bersaing mewah
dan angkuhnya pipa-pipa cerobong asap
menarik perhatianku
Iri...
gedung-gedung perkantoran iri
saling iri dengki
tambah tamak,rakus,serakah kurang luas saja tanahnya
kurang tinggi saja
makin hebat,makin gagah,makin perkasa mencakar langit tanpa goyah
dan tanpa iba meludah dari atas ketinggiannya
Jalanan kota saksi bisu yang diciptakan orang-orang pintar
Rumput pun di gusur di tepi jalan
belalang,capung,kupu-kupu bahkan walangsangit pun mengungsi
buldoser datang setelah sidang
rumah penduduk
pasar kaki lima tanpa akta tanah
rata untuk dijadikan hotel bintang 5 dan mall megah
Pada warung kopi kaki lima
dibawah terpal rapuh yang bocor kala hujan menderu
radio di republik ini mendendangkan lagu cinta
cinta,asmara,
gelora,muda dan kasmaran
tiada berguna untuk sebuah ketimpangan