Mohon tunggu...
Humaniora

Menjadi Idealis atau Praktisi?

7 Februari 2018   23:01 Diperbarui: 7 Februari 2018   23:07 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tidak sedikit yang menyatakan, "Cium Aroma Rakyatmu itu dulu, hiduplah di kolong jembatan bersama mereka, ajaklah bicara mereka, turunlah ke lapangan! Baru kau bicara penderitaanya!", sedangkan yang lain menyatakan, "Cukuplah bagi kami buku dan koran untuk menggambarkan apa yang mereka rasakan!" Saya ingin mengajak para pembaca yang budiman, dengan segala kekurangan pengetahuan saya, untuk setidaknya melihat sesuatu sesuai dengan porsinya. 

Tentu saja hal ini sangat perlu diperhatikan apabila berjumpa pada sebuah keadaan yang secara nyata diperlukan pengkajian melalui berbagai sudut pandang objektif. Wajar apabila seorang praktisi menyatakan sebuah data yang konkrit terhadap bidang yang digelutinya, wongitu yang setiap hari menjadi 'makanan'-nya. Pun sebaliknya, katakanlah bagi seorang mahasiswa, yang mempunyai sikap idealisme yang sangat tinggi serta cita-cita pembangunan yang sudah tergambar dalam benak mereka, baik itu mereka tujukan bagi pribadi mereka atau bagi bangsa dan negara Indonesia. Yang dipunyai mahasiswa adalah sebuah idealisme yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari mereka, idealisme yang membawa mereka bersemangat memproyeksikan kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya, tentu saja ini wajar jika mahasiswa membicarakan 'cita-cita' dan sedikit membicarakan 'fakta'. 

Socrates, seorang filusuf Yunani masyhur, bisa dikatakan adalah seorang idealis sejati. Beliau menyatakan bahwa pemerintahan yang baik adalah pemerintahan yang bagus dilakasanakan berdasarkan ilmu pengetahuan dan hikmah. Salahkah beliau menyatakan seperti itu ? Nilai yang beliau angkat adalah nilai yang menjadi tolak ukur semenjak alam ini dibuat oleh Allah. Meskipun ada beberapa pihak yang menyatakan bahwa apa yang dinyatakan oleh para filosof adalah sebuah kemustahilan sebab mereka hidup dalam sebuah cita-cita daripada melihat realitas yang hidup di masyarakat, akan tetapi itulah yang filosof berikan terhadap aspek nilai kehidupan sebagai pemandu praktek dilapangan dan itu bukanlah sebuah suatu hal yang salah.

Bapak Jokowi, seorang Presiden yang berwibawa merupakan seorang praktisi pemerintahan. Beliau tahu betul seluk beluk permasalahan negeri ini, mulai dari hulu sampai hilir. Dengan slogan beliau, "Kerja!" sudah pasti menggambarkan tataran praktek yang konkrit. Lantas apakah salah apabila mungkin pemerintahan yang ada di negeri ini belum seperti apa yang diharapkan oleh para idealis ? Tentu saja perlu berbagai kajian dan  diskusi untuk mengapa nilai yang digagas oleh para idealis tidak sesuai denga praktik dilapangan.

Jadi, bagaimana menurut Saudara ?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun