Isu perubahan iklim kini jadi perhatian seluruh dunia. Dampak dari emisi gas rumah kaca, menjadi faktor penyebab maraknya bencana. Bumi sudah tak ramah lagi. Pada manusia yang sejak dulu gemar mengeksplorasi tanpa henti.
Baru-baru ini, para pemimpin telah sepakat menyelamatkan dunia. Salah satunya adalah mengurangi emisi gas rumah kaca. Penurunan intensitas energi, pengembangan energi baru terbarukan, penerapan standar kinerja energi minimum dan optimalisasi kendaraan bermotor listrik menjadi ikhtiar menuju ke sana.
Indonesia sendiri menargetkan Net Zero Emissions (NZE) pada 2060 nanti. Target itu tidak mudah, mengingat butuh ongkos mahal dan sumber daya manusia yang mumpuni.
Selain itu, tingkat gas emisi rumah kaca negara kita juga cukup tinggi angkanya. World Research Institute mencatat, lebih dari setengah emisi gas rumah kaca global disumbangkan oleh 10 negara di dunia. Salah satunya adalah Indonesia. Totalnya 965,3 metrik ton karbon dioksida ekuivalen (MtCO2e).
Ya wajar saja kenapa emisi gas rumah kaca kita besar. Hampir semua sektor masyarakat, digerakkan oleh alat berbahan bakar karbon tinggi.
Listrik yang digunakan, masih berbahan baku batu bara. Kendaraan yang dipakai, masih berbahan bakar minyak. Berapa juta metrik ton emisi yang dihasilkan, demi membuat kita nyaman nonton televisi di rumah. Berapa juta metrik ton emisi, hanya demi mengantar kita berpegian sehari-hari. Makanya, Indonesia menjadi salah satu negara yang konsen betul soal penurunan emisi gas rumah kaca ini.
Sebenarnya, negara kita memiliki segudang potensi. Apalagi soal sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Dibanding negara lain, potensi Indonesia tak ada tandingannya.
Hampir tiap hari panas matahari tak berhenti menyinari. Angin bertiup kencang, ombak berdebur di lautan. Gunung api bertebaran. Semua bisa dijadikan sumber energi yang tak ada batasnya.
Belum lagi Potensi nikel, kobalt, alumunium sebagai bahan baku baterai lithium di negara kita juga jadi yang terbesar di dunia. Kementerian ESDM menyebutkan, Indonesia memiliki cadangan nikel sebesar 72 juta ton Ni dan merupakan 52 persen dari total cadangan nikel dunia. Luar biasa bukan?.
Ada juga sampah. Berjuta-juta ton sampah di Indonesia kini hanya dibiarkan membusuk di TPA. Padahal di luar negeri sana. Swedia misalnya. Mereka harus impor sampah demi mendapatkan energi.