Selain itu, Ganjar ingin mengajak masyarakat berkorban dua hari saja, sebagai bentuk dukungan kepada para tenaga medis yang hampir setahun bergulat menangani pandemi. Gerakan ini juga sekaligus sebagai wujud mengheningkan cipta, atas kepergian ratusan tenaga medis, tokoh agama dan tokoh masyarakat serta pasien Covid-19 lainnya yang telah mendahului kita.
Meski hanya sebatas gerakan dan tidak ada paksaan, namun sejatinya Ganjar sedang mengajarkan bagaimana menumbuhkan rasa empati dan simpati. Bagi mereka yang mau mendukung, tentu Ganjar atau kita semua layak mengangkat topi. Tapi bagi yang tidak mendukung, kita hanya bisa mendoakan agar mereka tak kehilangan hati nurani.
Gerakan Jateng di Rumah Saja adalah wujud kongkret penanggulangan pandemi. Meski menjadi pro dan kontra, toh daerah lain juga meniru gerakan ini.
Terbaru, Gubernur Kalimantan Timur dan Jawa Barat juga ikut menerapkan Gerakan Dua Hari di Rumah Saja. Meski tak spesifik yang dilakukan Ganjar, namun setidaknya dua daerah memahami bahwa kebijakan ini adalah kebijakan yang patut untuk diterapkan.
Kita lihat saja, apakah Gerakan Jateng di Rumah Saja atau Gerakan Dua Hari di Rumah Saja ala Kaltim dan Jabar bisa sukses mendapat respon positif masyarakat dan endingnya bisa menekan penyebaran angka Covid-19. Kalau iya, maka kita patut bersyukur bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang masih memiliki rasa empati dan simpati pada sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H