Bagi seorang politisi, mendapat elektabilitas yang tinggi tentu sebuah prestasi. Dengan tingkat kepercayaan publik yang tinggi itu, secara tidak langsung mentasbihkan bahwa ia layak menjadi pemimpin negeri.
Angka-angka prosentase elektabilitas kini ramai diperbincangkan. Meski ajang kontestasi Pilpres 2024 masih panjang, namun sejumlah nama tokoh penting sudah mengantongi angka-angka elektabilitas untuk menuju ke sana.
Salah satunya Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah dua periode itu gencar diperbincangkan karena angka elektabilitasnya yang terus meroket. Bagaimana tidak, Ganjar bahkan mampu menyaingi sejumlah kandidat lain, semisal Prabowo Subianto, Ridwan Kamil hingga Anies Baswedan.
Dalam survei-survei politik yang dilakukan sejumlah lembaga, trend elektabilitas Ganjar terus melambung. Bahkan survei terakhir yang dirilis Indikator Politik pada 26 Oktober 2020 misalnya, nama Ganjar menduduki urutan teratas dengan angka 18,7%. Disusul Prabowo Subianto (16,8%), Anies Baswedan (14,4%), Sandiaga Uno (8,8%) serta Ridwan Kamil (7,6%).
Disinilah permasalahan mulai muncul. Meski elektabilitas tinggi, namun banyak pihak yang menilai peluang Ganjar maju dalam kontestasi Pilpres 2024 cukup sulit. Pasalnya, ia memiliki ganjalan-ganjalan yang cukup terjal untuk mendapatkan rekomendasi partai politik tempatnya bernaung, PDI Perjuangan.
Sudah menjadi perbincangan publik, bahwa PDI Perjuangan sepertinya memiliki rencana mengawinkan Prabowo-Puan atau Puan-Prabowo dalam Pilpres 2024. Isu itu santer diberitakan, baik pengamat politik hingga sejumlah elite partai berlambang banteng itu.
Entah benar atau tidak, namun tak ada yang bisa menyalahkan jika Megawati Soekarno Putri mengidamkan anaknya menjadi penerus Jokowi. Ibu mana yang tak ingin melihat anaknya bahagia? Usai Jokowi melaksanakan tugas sebagai Presiden RI dua periode, tentu sudah saatnya Mega memberikan kursi itu pada putri kesayangannya itu.
Apalagi, ancang-ancang untuk melangkah ke sana sudah dilakukan, dengan menempatkan Puan dalam posisi-posisi strategis. Mulai Menko PMK hingga kini menjabat sebagai orang nomor satu di DPR RI.
Pemasangan Prabowo-Puan atau Puan-Prabowo sepertinya memang sudah dipersiapkan matang. Selain Mega ingin memberikan kesempatan pada anaknya itu, isi perjanjian 'Batu Tulis' antara Mega dengan Prabowo pada 2009 lalu sepertinya juga masih menjadi beban politik.
Namun melihat elektabilitas Prabowo yang terus menurun serta Puan yang belum terlihat, Megawati patut gamang jika memaksakan keinginannya itu. Bisa jadi, jika duet Prabowo-Puan dipaksakan, akan menjadi blunder politik dan membuat PDI Perjuangan mengalami kekalahan.