Aksi puluhan petugas keamanan atau satpam menggeruduk salah satu rumah di Green Lake City Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang pada Jumat (16/10) malam langsung viral di dunia maya.Â
Aksi yang dilatarbelakangi ketidaknyamanan warga karena pemilik rumah memarkirkan mobil-mobil mewahnya di jalanan dan menjadikan rumahnya sebagai showroom mobil mewah adalah pemicunya.
Apalagi, sempat terjadi ketegangan dalam peristiwa itu. Sang empunya rumah, TS justru marah-marah dan tidak terima dengan penggerudukan itu. Bukannya minta maaf, dia malah menantang para petugas keamanan yang datang ke rumahnya.
Peristiwa yang ramai jadi perbincangan publik itu mungkin dianggap biasa-biasa saja. Bahkan, ada pihak yang menganggapnya lucu dan tak penting. Tapi sebenarnya, mau tidak mau, diakui atau tidak, peristiwa kecil itu merupakan gambaran pudarnya budaya unggah-ungguh masyarakat kota.
Menurut Antropolog Talcott Parsons, salah satu ciri masyarakat kota adalah individualistik. Berbeda dengan masyarakat desa yang mengedepankan kehidupan kolektif, masyarakat kota percaya, bahwa mereka bisa hidup tanpa menggantungkan pada orang lain. Akhirnya, hubungan emosional dan hubungan sosial antar tetangga diabaikan.
Sebagai orang desa yang pindah ke kota, penulis menyadari betul perbedaan-perbedaan ini. Khusus terkait kasus mobil parkir di jalanan seperti yang terjadi di Cipondoh, mungkin banyak yang mengalaminya dalam kehidupan sehari-hari di kota.
Di perumahan penulis sendiri, jalanan adalah tempat favorit masyarakat memarkirkan mobilnya. Bagaimana tidak diperkir di jalanan, rumah-rumah mereka tak memiliki tempat sebagai garasi.Â
Kebetulan, perumahan penulis adalah perumahan tipe kecil tipe 7S, Sangat Sederhana Sekali Sehingga Selonjor Saja Susah...hehehe. Jadi daripada untuk garasi mobil, ruang-ruang tersisa itu lebih baik digunakan sebagai kamar tidur atau ruang tamu.
Banyaknya mobil di jalanan tentu saja membuat akses menjadi terbatas. Apalagi, akses jalan perumahan penulis bukanlah jalan yang lebar, hanya cukup dilewati satu mobil. Jika ada mobil papasan, salah satu harus berhenti untuk mengalah.
Seringkali, terjadi keributan antar tetangga hanya karena mobilnya tidak bisa keluar akibat aktivitas parkir liar itu. Hampir setiap hari, kejadian serupa terus berulang. Tapi sampai sekarang, tetap saja tak ada kesadaran warga untuk merapikannya.