Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Tujuh Tahun Ganjar dan Warisan Terbesarnya

23 Agustus 2020   23:45 Diperbarui: 24 Agustus 2020   00:32 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dulu siapa yang peduli dengan Jawa Tengah? Bahkan warganya sendiri seperti enggan mengaku berasal dari Jawa Tengah. Ketika ditanya asal. Jawabnya yang pertama nama kota atau kabupatennya. Semarang, Solo, atau Tegal misalnya. Baru kalau ada yang tanya. Tegal itu mana? Jawa Tengah, jawabnya.

Ini terjadi karena dulu hampir tak ada yang menonjol dari provinsi ini. Perekonomian kalah dari provinsi tetangga, bandara di ibukota provinsi terjelek se-Jawa, dan infrastrukturnya buruk. Pariwisatanya juga tak ada yang menarik. Bahkan Candi Borobudur lebih dikenal sebagai bagian dari Yogyakarta.

Karena itulah berita-berita menonjol skala nasional sangat minim. Yang diingat warga provinsi lain mungkin cuma banjir dan rob di Semarang. Sumanto, manusia kanibal dari Purbalingga. Atau kontroversi Gubernur Bibit Waluyo dengan Walikota Solo Jokowi.

Tapi semuanya berubah semenjak Ganjar Pranowo menjadi Gubernur Jateng. Ya, 23 Agustus 2013. Tepat hari ini, tujuh tahun lalu. Media-media nasional tiba-tiba menengok karena di provinsi ini ada gubernur yang tak lazim.

Ganjar adalah Gubernur Jateng pertama yang berlatar belakang sipil. Yang setelah pelantikan langsung turun mengecek jalan rusak hingga jas dan sepatu putihnya belepotan lumpur. Yang dengan tangannya sendiri menangkap pelaku pungli di berbagai instansi. Yang membuka komunikasi secara terbuka dengan rakyat di media sosial meski berisiko dibully.

Dengan Ganjar, Jateng menjadi pusat perhatian. Sepak terjangnya membuat warga Jawa Tengah menaruh harapan besar. Perhatiannya pada rakyat membuat warga luar Jateng iri sekaligus senang. Suaranya yang vokal membuat pejabat pusat hormat dan segan.

Pelan-pelan Ganjar membangun banyak hal. Ia menjadikan jalan-jalan provinsi mulus dan lebar. Ia meyakinkan pemerintah pusat membangun megah bandara Ahmad Yani yang dulunya usang. Ia merenovasi Stadion Jatidiri hingga menjadi stadion kebanggaan. Ia mewujudkan mimpi warga Karimunjawa menikmati listrik setelah puluhan tahun hanya hidup selama enam jam.

Pariwisata Jateng pun pelan-pelan dikenal orang. Infrastruktur Karimunjawa dibangun, Dieng Culture Festival ramai dikunjungi orang, Kota Lama Semarang jadi cantik dan menawan, Candi Borobudur pun ditata ulang. Terakhir Ganjar baru saja meresmikan dimulainya pembangunan Jateng Valley, yang digadang-gadang bakal jadi terbesar di Asia Tenggara? Semoga berjalan lancar.

Tapi warisan terbesar Ganjar bukanlah jalan, bandara, atau bangunan. Pembangunan fisik itu mudah asalkan ada uang. Seperti Jurgen Klopp di Liverpool, Ganjar memilih membangun mental.

Itulah mengapa Ganjar rajin mengunjungi sekolah-sekolah untuk mengajari siswa cara bermental pemenang. Rasa-rasanya baru dialah, gubernur yang punya program mengajar secara rutin, dua kali sepekan, dua jam setiap pertemuan. Dari TK, SD, SMP, SMA, SMK, MA, SLB hingga perguruan tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun