Perempuan sering disalah artikan sebagai mahluk lemah. Paham patriarkis yang mempercayai bahwa perempuan adalah kaum yang lemah dan derajatnya dibawah kaum laki -- laki, paham patriarkis sejatinya masih melekat erat dalam budaya bangsa Indonesia. Derajat antara perempuan dan laki- laki sering dianggap tak sepadan, laki- laki selalu lebih tinggi daripada perempuan. Kesetaraan gender membawa kita menuju dunia yang lebih luas, membuka mata bahwa perempuan dan laki- laki sejatinya memiliki peran dan kewajiban yang berbeda namun tidak ada yang lebih tinggi atau rendah.
Sebagai Agent of Change Mahasiswa KKN RDR ke 77 UIN Walisongo Semarang kelompok 62 menggelar diskusi kesetaraan gender yang berjudul Ketidakadilan Gender & Beban Ganda Perempuan, diskusi dilaksanakan secara daring melalui Google Meet dengan narasumber Anthin Latifah, M. Ag Dosen Fakultas Sayriah dan Hukum UIN Walisongo Semarang. Anthin mengungkapkan "tidak ada perbedaan dan tidak ada kesamaan kedudukan dalam kehidupan dunia ini. Tidak ada perbedaan kedudukan ketika kita berada pada posisi sebagai hamba- Nya dan tidak ada kesamaan kedudukan ketika berkaitan dengan ketaatan kita sebagai hamba terhadap aturan- aturan yang telah ditetapkan- Nya. Ini berlaku untuk kita semua baik perempuan atau laki- laki" ungkapnya.
Kesetaraan gender yang masih menjadi perkara awam di Indonesia, melatar belakangi diadakanya acara webinar kesetaraan gender, diharapakan melalui diskusi kesetaraan gender masyarakat teredukasi mengenai keberadaan perempuan yang tidak hanya dipandang sebagai kaum lemah yang hanya bekerja di rumah dan di dapur.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H