Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

UM Lakukan Kursus Pendidikan Karakter Pancasila bersama Komunitas Guru Indonesia Kuala Lumpur

18 Juli 2023   18:16 Diperbarui: 18 Juli 2023   18:33 426
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokpri/Poster kegiatan

Universitas Negeri Malang (UM) bekerjasama dengan Sekolah Indonesia Kuala Lumpur menyelenggarakan pengabdian masyarakat yang dimulai dengan kegiatan online pada Sabtu, 24 Juni 2023 pukul 09.00 -- 12.00 MYT via Zoom Meeting. 

Program ini diketuai oleh Dr. Daya Negeri Wijaya, M.A., dengan anggota tim pengabdian yaitu Prof. Dr. Hariyono, M.Pd., Evania Yafie, S.Pd., M.Pd., Ph. D (candidate) dan Andhika Yudha Pratama, S.Pd., M.Sc. Pembahasan materi yang diangkat dalam sesi pertama ini yaitu "Kedaulatan Indonesia dalam Perjalanan Sejarah Politik" dan "Kepemimpinan dalam Perspektif Sejarah". Kegiatan ini dihadiri oleh 80 partisipan yang merupakan guru dari Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIKL) serta Sanggar Belajar di Malaysia.

Adapun acara pembukaan program pengabdian dihadiri oleh Bapak Firdaus, S.P., M. Si selaku Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kuala Lumpur dan Ibu Friny Napasti, S. Pd, M. Pd selaku Kepala Sekolah SIKL yang memberikan sambutan serta membuka program. 

Adapun narasumber pada hari tersebut adalah Prof. Dr. Hariyono, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Malang, dan Dr. Daya Negeri Wijaya, M.A., selaku Ketua Tim Pengabdian, dengan dipandu oleh moderator dari Evania Yafie, S.Pd., M.Pd., Ph. D (candidate). Rangkaian program dibacakan oleh oleh Puja Nor Fajariyah S. Pd selaku Mistress of Ceremony. Ibu Friny Napasti, S. Pd, M. Pd menyambut dengan baik terlaksanakannya kegiatan pengabdian masyarakat di SIKL dikarenakan memang fokus pendidikan yang ada disana adalah menekankan pada penanaman karakter Pancasila.

Sumber: dokpri/Sesi penyampaian materi
Sumber: dokpri/Sesi penyampaian materi

Prof. Dr. Hariyono, M.Pd memberikan materi pertama yang berisi tentang "Kedaulatan Indonesia dalam Perjalanan Sejarah Politik". Dalam pemapaparannya, Prof. Dr. Hariyono, M. Pd berfokus pada penekanan bagaimana Indonesia bisa sampai pada titik seperti saat ini. Hal ini dapat dibuktikan bahwa pendidikan itu sangatlah penting dan berpengaruh pada peradaban yang semakin maju. Selain itu, kita sebagai masyarakat harus dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman saat ini agar Indonesia tetap menjadi negara yang memiliki banyak keunggulan dimata dunia dan dapat dijadikan harapan di masa depan.

Adapun materi selanjutnya, Dr. Daya Negeri Wijaya, M.A yang memberikan penekanan materi berfokus pada "Kepemimpinan dalam Perspektif Sejarah". Dr. Daya Negeri Wijaya, M.A menegaskan bahwa dalam sebuah negara atau bangsa pastinya tidak lepas dari namanya budaya yang didalamnya dipengaruhi oleh perkembangan pemimpinnya. Dalam hal ini, diberikan contoh berupa hikayat Hang Tuah dimana merupakan karakter pemimpin yang bertanggungjawab, jujur, dan dapat dicontoh. 

Sebaliknya, Dr. Daya Negeri Wijaya, M.A juga mengungkap bahwa salah satu pemimpin yang kurang baik yaitu Khoja Hassan dimana merupakan cerminan pemimpin yang dapat dirasuah, licik, dan tidak perlu diteladani karakter kepemimpinannya. Jika dikaitkan dengan acara ini ada filosofi karakter dan penilaian karakter yang bisa diterapkan ke peserta didik dan dijadikan sebagai pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.

Diakhir acara terdapat sesi diskusi tanya jawab yang menarik, yaitu dari Ibu Hafsah yang mempertanyakan apakah hikayat Hang Tuah itu adalah benar adanya termasuk sejarah, mitos atau hanya sebatas dongeng belaka, karena berdasarkan buku yang beliau baca, Hikayat Hang Tuah ini dimulai dari zaman permulaan bangsa Melayu, zaman kejatuhan, dan zaman kegemilangan juga. Adapun tanggapan pemateri yaitu hal ini adalah benar adanya. Hal ini dapat diketahui dari adanya bukti-bukti sejarah yang menyertainya. 

Meskipun apabila melihat dari sejarah Melayu baik di Jawa ataupun Semenanjung, masyarakat tidak pernah menyebut nama pembesar dengan nama aslinya. Hal ini juga sama dengan yang dilakukan oleh masyarakat Melayu dalam memanggil raja-rajanya sebagai bentuk penghormatan.  Oleh karena itu, sebagai masyarakat yang hidup di era sekarang dan menikmati jejak sejarah melalui pemaparan dari para Sejarawan, sudah selayaknya kita mencoba untuk lebih memaknai secara lebih mendalam dan menerapkan segala hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun