"Kamu tidak butuh kriteria diagnosis untuk mengetahui bahwa rasa sakitmu itu valid"
-dr. Jiemy Ardian SpkJ
Ada sebuah istilah yang akhir-akhir ini santer aku dengar dan sering di mention dalam sosial media beberapa orang terdekat yang aku kenal. Juga, berawal dari pertanyaan beberapa orang terhadapku mengenai hal ini.Â
Ya tentu saja, pertanyaan mengenai hal tersebut diberikan kepadaku karena beberapa teman terdekatku itu mengetahui bahwa aku menyukai bidang psikologi dan memang tertarik dengan bidang ini.Â
Oh iya, aku perjelas saja. Pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan kepadaku akhir-akhir ini adalah mengenai hypophrenia.
Setelah mendengarnya, tentu saja karena aku juga masih seorang pembelajar, maka aku tidak semerta-merta menjawab pertanyaan tersebut begitu saja.Â
Aku meminta waktu untuk menjawab pertanyaan tersebut, dan waktu tersebut aku gunakan untuk bertanya terhadap dosen yang aku percaya dan beberapa teman yang memang kuliah jurusan psikologi di berbagai kampus ternama.Â
Berdasarkan pada curhatan mereka yang bertanya kepadaku, diketahaui bahwa menurut pemahaman mereka, hypophrenia adalah menangis tanpa sebab dan gangguan jiwa akibat trauma di masa lalu.
Aku pun mencoba meneruskan statement dari temanku tersebut ke dosen dan beberapa teman tempat aku bertanya tersebut. Dan, yang membuat menarik adalah dosen dan beberapa temanku mengatakan bahwa mereka belum pernah mendengar atau menemukan istilah "hypophrenia" dalam dunia psikologi atau ranah kesehatan jiwa.Â
Tentu saja, Â mendengar pernyataan tersebut, aku menjadi bingung serta kemudian mencoba untuk melakukan googling mengenai hal ini.