Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kenali "Peter Pan Syndrome", Menua tapi Enggan Mendewasa

20 November 2020   12:20 Diperbarui: 20 November 2020   17:07 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yap, dalam tulisan kali ini aku mau membahas mengenai Peter Pan Syndrome, kenapa banyak orang yang terkena sindrom ini dan bagaimana cara mengatasinya.

Well, apa sih Peter Pan Syndrome ini? Peter Pan Syndrome adalah istilah untuk mendeskripsikan orang-orang yang sudah masuk di usia dewasa tapi gak mau dan gak bisa menghadapi tanggung jawab dan emosi mereka sebagai orang dewasa. Untuk lebih jelasnya, ini adalah beberapa ciri dari orang yang mengalami Peter Pan Syndrome.

Pertama, mereka gak punya target hidup yang pasti  dan sering menunda-nunda untuk memikirkan tujuan hidup mereka. Salah satu hal yang memang menyenangkan dari menjadi anak kecil adalah mengingat tuntutan yang kita dapat dari orang di sekitar kita. Salah satu hal penting yang kita pelajari ketika kita masuk usia dewasa adalah kita itu pastinya memiliki waktu yang terbatas atau meninggalkan dunia ini dalam waktu sekian puluh tahun ke depan. 

Ya meskipun yang namanya umur itu tidak bisa ditebak. Ya masih banyak sih, cuma terbatas. Dan kita dituntut untuk menjalani hidup yang terbatas ini dengan sebaik mungkin. 

Orang-orang dengan Peter Pan Syndrome akan selalu menolak fakta ini. Bahwa kita sebagai manusia tau kalau waktu kita hidup di dunia itu terbatas dan kita perlu memikirkan hidup kita mau dibawa kemana. Sayangnya, mereka lupa dengan Peter Pan yang memiliki usia abadi dengan pribadi anak-anak.

Kedua, mereka susah menerima masukan dan bertanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan. Karena hal ini kemudian mereka memiliki kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas kesalahan mereka dan meminta orang lain untuk bertanggung jawab atas hal tersebut. Ingat kan apa yang dilakukan anak kecil saat berbuat salah?

Kebanyakan dari mereka yang karena memiliki sikap egosentris alias ke 'aku' an sehingga selalu enggan untuk disalahkan dan memang orang tua jarang sekali benar-benar membiasakan anak untuk bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka lakukan. Biasanya, anak saat berbuat salah akan dihukum atau dimarahi, tapi untuk diminta bertanggung jawab atas kesalahan yang mereka perbuat, sangat jarang sekali dilakukan. 

Terlepas dari bagaimana orangtua mendidik anak namun caranya kurang tepat, sebagian besar orang tua sayang terhadap anak dan tidak ingin anak harus repot menanggung beban masalahnya sendiri. 

Jadi gitu, dimarahin, dihukum, tapi enggak benar-benar diminta bertanggung jawab. Dan sejujurnya, hal itu emang lebih gampang daripada harus bertanggung jawab dari masalah yang udah kita buat. Dan lagi-lagi, orang dengan Peter Pan Syndrome, lupa bahwa ini cuma berlaku di masa anak-anak. Ketika seseorang sudah dewasa, ia memiliki kewajiban untuk menyelesaikan masalah sendiri.

Ketiga, kurang mampu menjalani hubungan sosial. Hal ini karena teman-teman mereka sudah hidup dengan kehidupan dewasa masing-masing. Ada yang membangun karir, membangun keluarga, ada yang sibuk mengejar passionnya, sementara orang-orang dengan sindrom ini masih menolak bahwa ia memiliki tanggung jawab untuk membuat hidupnya berarti. 

Akhirnya, orang dengan sindrom ini jadi susah nyambung dengan orang-orang seusia mereka. Karena merasa inferior saat berinteraksi dengan orang-orang seusianya, makanya tidak jarang orang dengan sindrom ini lebih nyaman berinteraksi dengan orang yang usianya jauh lebih muda dari mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun