Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mere Exposure Effect, Masa Iya Cinta Ada Karena Terbiasa?

17 November 2020   09:24 Diperbarui: 17 November 2020   09:35 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tresno Jalaran Soko Kulino,"

Dua hari yang lalu, aku melakukan perjalanan dari Kota Pasuruan ke Surabaya menggunakan Bus. Dan, seperti biasanya bus ekonomi, tak pernah sepi dengan adanya pengamen. 

Biasanya genre yang akrab dipilih oleh pengamen Jawa Timur-an adalah lagu dangdut atau koplo kontemporer ala Didi Kempot yang menggunakan bahasa Jawa, tapi sore itu pengamennya memilih menyanyikan sebuah lagu pop lawas yang populer tahun 90-an yang meskipun aku di tahun itu belum lahir, namun cukup familiar. Liriknya begini,

"Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku, meski kau tak cinta, kepadaku..."

Lagu ini aku ketahui sebenarnya pertama kali saat aku baru mengenal yang namanya istilah cinta monyet. Iya, meskipun itu lagu lama, tapi aku memang sudah mengenalnya sejak di fase usia sekolah menengah. 

Buat aku yang dulu belum mengetahui mengenai romance dan cinta, tapi masa-masa tadi sudah sewajarnya yang aku ingat adalah masa-masanya sering banget galau, sakit hati karena memendam perasaan.

Nah dengan mendengar lagu itu aku seolah mendapatkan sebuah insight atau pandangan baru aja gitu mengenai cinta dan romansa. Aku jadi terpikir, apakah bisa membuat orang yang tidak cinta menjadi muncul perasaan cinta hanya dengan membuat ia terbiasa?

Dan yaudah aja gitu, sering ngobrol, chatting, pulang bareng, atau sekedar bertemu atau keluar bareng, dan aktivitas lain yang juga dilakukan barengan. Aku pun jadi ingat sebuah pepatah Jawa yang aku kutip di awal tulisan ini,

"Tresno jalaran soko kulino,"

 artinya, "Cinta ada dari terbiasa,"

Kadang kita mikir, cara yang perlu kita pakai untuk membuat orang lain tertarik dengan kita adalah dengan merubah penampilan sampai dianggap 'oke' oleh calon pasangan. 

Tapi pasti pernah nih, kamu yang dekat dengan bakal calon pasangan, kamu sudah merasa 'oke' buat dia, tapi tiba-tiba kamu gagal aja gitu. Karena ia sudah suka dengan seseorang yang sebenarnya enggak 'oke-oke banget'. Tapi, dia kaya selalu ada aja gitu buat si calon pasangan yang kamu taksir. 

Dan karena hal itu, kamu menjadi tidak melanjutkan proses pdkt-mu terhadapnya. Ternyata, ada juga yang berhasil menggunakan cara yang seperti lirik lagu dan pepatah tadi. Cara dengan membuat seseorang jatuh cinta karena terbiasa dan kemudian aku juga mengetahui beberapa kisah yang seperti ini dan memang berhasil. 

Kalau berbicara di dunia fiksi, gausah ditanya lah ya, banyak banget kejadian yang seperti ini. Yang paling aku ingat adalah di serial The Big Bang Theory dimana Leonard si saintis cupu berhasil membuat jatuh cinta Penny yang super cantik dan dilirik oleh banyak laki-laki. 

Atau, di setiap serial dalam drama Korea, Jepang, atau FTV Indonesia sering banget menggunakan alur percintaan yang seperti ini. Hal yang dilakukan sekali lagi, hanya dengan cara membuat dirinya selalu ada dalam hidup orang yang dicintainya. 

Dan dalam tulisan kali ini, ingin sedikit berbagi terkait dengan fenomena ini dengan kamu. Kenapa sih hal ini bisa terjadi, kapan kamu bisa menggunakan cara ini, dan kapan sebaiknya kamu tidak menggunakan cara ini saat melakukan pdkt dengan calon pasangan. Oleh karena itu, aku mengajak kamu untuk membaca ulasanku hingga selesai ya. 

Well, pertama-tama aku akan mencoba menjelaskan terlebih dahulu mengenai fenomena ini. 

Dalam Psikologi, ini bisa disebut dengan Mere Exposure Effect atau kalau diterjemahkan menggunakan Bahasa Indonesia adalah, "Efek sering liat aja". Nah, menurut teori 'efek sering liat aja' ini, semakin sering kita menerima stimulus tertentu, maka penilaian kita terhadap stimulus tersebut akan semakin positif. 

Ini tidak berlaku hanya pada manusia by the way, ini juga sering banget dipakai dalam dunia periklanan. Makanya, iklan yang kamu lihat berkali-kali bakalan kerasa lebih meyakinkan dibanding dengan iklan yang cuma kamu lihat satu kali saja. 

Mungkin diawal kamu menganggap iklannya aneh atau menyebalkan, tapi setelah kamu terus-terusan nonton iklan tersebut kamu jadi mikir, "mmm, kayaknya produknya menarik deh, aku beli deh produknya" Gimana, sepakat tidak nih bund? 

Atau, aku tanya deh buat kamu yang menyukai satu aktris tertentu, kamu mulai tumbuh rasa cinta terhadap mereka karena sering kali melihat fotonya, atau videonya secara berulang-ulang bukan? 

Tentu saja selain dalam dunia periklanan, ini juga berlaku pada hubungan dengan manusia. kamu pernah tidak sih kayak temenan deket dengan lawan jenis, dimana kamu awalnya menganggap hal itu biasa aja, tapi karena lama-lama temenan, mengobrol, sering jalan pada akhirnya kok mulai kelihatan menarik aja ya orang ini. Pernah gak? 

Nah, itu pernah diteliti di sebuah penelitian yang menurut aku keren banget. Jadi begini ceritanya, ada empat orang perempuan yang penampilannya mirip-mirip lah, terus mereka berpura-pura menjadi murid di sebuah kelas yang besar. 

Nah, yang membedakan adalah seberapa sering mereka dalam menghadiri kelas. Ada yang gak pernah datang, ada yang 3 kali datang, ada yang 10 kali datang, sama ada yang 20 kali datang. Kemudian, setelah akhir semester, murid lainnya itu disuruh menilai keempat perempuan tersebut. Menurut kamu, yang paling dinilai 'oke' itu yang mana?

 Jawabannya adalah perempuan yang paling sering datang ke kelas dianggap atau dinilai lebih menarik dibandingkan dengan 3 perempuan lainnya. Lah, kenapa hal ini bisa terjadi?

Ini sebenarnya juga menjawab pertanyaan di awal mengenai mengapa orang yang berteman atau sahabatan lama bisa aja mulai sama-sama jatuh cinta. Contohnya aja nih, keluarga yang menjadi inspirasi aku dimana buku sama filmnya aku suka banget yaitu pasangan Teman Tapi Menikah, Ayudia dan Ditto. 

Sebenarnya, penyebabnya adalah karena 'efek sering liat aja'. Kalau yang aku rangkum dari beberapa sumber, proses terjadinya 'efek sering liat aja' ini adalah awalnya kita sebagai manusia pada dasarnya akan berhati-hati dengan adanya orang baru. 

Karena menganggap, adanya hal baru tersebut berbahaya buat kita. Ketika kita sering terpapar dengan sesuatu, yang dalam hal ini adalah seseorang atau apapun dan ternyata orang tersebut gak menimbulkan bahaya buat kita, rasa hati-hati kita bakal berkurang karena kita ngerasa kayak, "Dia aman, aku gak perlu takut" 

Gampangnya gini, kamu saat pertama kali kenal sama orang, juga pasti bakal jaga jarak juga kan, baik dari segi intensitas atau topik pembicaraan. Kayak gak mau aja gitu membicarakan hal yang terlalu personal dengan orang-orang yang kita tidak terlalu kenal. 

Nah, lama-lama kita sudah merasa nyaman dan familiar, karena sering bertemu dan beraktivitas bareng, maka dari itu kita menjadi lebih gampang untuk mengartikan apa yang kita lakukan. Hal ini akan bikin mood kita baik karena kita tidak perlu khawatir kalau dia itu membahayakan. 

Masalahnya, kita tidak sadar kalau mood kita baik itu karena kita merasa  familiar dengan keadaan tersebut bukan karena suka atau yang lain. Otak kita terkadang memang suka 'bodoh' aja gitu gak bisa membedakan mood happy yang terjadi ketika kita bersama seseorang itu apakah karena rasa nyaman, suka, atau karena rasa apa. 

Dan gak cuma itu, kalau sudah terlanjur nyaman, bisa jadi kamu memutuskan untuk lanjut menjadi pasangan tanpa mempertimbangkan kalau apakah kalian itu akan cocok sebagai pasangan.

 Dan kalau sebenarnya tidak cocok, bisa jadi nanti hubungan antara kamu dan dia malah jadi toxic alias beracun. Tapi, karena dari awal perasaan yang dikasih adalah rasa nyaman, maka jadi susah aja gitu buat keluar dari hubungan toxic itu sendiri. 

Bisa jadi, antara kamu dan teman kamu jatuh cinta karena terbiasa, tapi ada beberapa hal yang mau aku tekankan dan harus kamu perhatikan kalau misalkan ini terjadi pada kamu dan teman kamu baik secara sengaja ataupun tidak. 

Pertama, kalau kamu mau menggunakan cara ini untuk pdkt, ingat bahwa yang membuat orang merasa senang bukan cuma karena adanya keberadaan kamu, tapi karena keberadaan kamu yang membuat nyaman. Kalau dalam proses, yang kamu dekati merasa tidak nyaman, jadi yaudah pdkt-nya gak usah dilanjutkan. 

Kedua, efek awal adanya hal ini adalah pada dasar manusia yang kehati-hatiannya berkurang terhadap orang baru seiring dengan intenstitas bertemu. Yang perlu digarisbawahi, jangan gunakan kepura-puraan untuk membuat seseorang merasa nyaman terhadap kamu.

 Ketiga, pikirkan kecocokan saat hendak melangkah untuk menjadi pasangan. Logikanya gini, kalau modal kamu dan dia menjadi pasangan adalah sekedar rasa nyaman, maka apa yang kira-kira akan terjadi saat mulai atau sering muncul ketidaknyamanan diantara kalian?

Nah, buat kamu yang sekarang sudah memiliki pasangan dan alasan kalian menjadi pasangan adalah hal ini dan merasa, "kok hubunganku tidak seindah yang dibayangkan dan dirasakan pas masa pdkt dulu ya?" Nah, bisa jadi kamu berada dalam hubungan yang beracun. Dan, buat kamu yang merasa terjebak dalam kondisi hubungan yang toxic seperti ini karena alasan yang salah, kamu bisa ikut konseling atau datang ke profesional kalau ternyata memang sudah sangat susah membangun rasa nyaman seperti yang muncul di awal hubungan menjadi teman atau pasangan. 

Well, itu dia tadi pembahasan mengenai, cinta memang bisa datang karena terbiasa dan membuat nyaman. Tapi, tak selamanya rasa nyaman juga berdampak aman dalam jangka panjang. Jangan sampai salah menginterpretasikan rasa nyaman ya, semoga tulisan ini bermanfaat! 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun