Well, aku tidak kaget sih dengan hal ini. Mengapa aku tidak kaget, soalnya hal ini itu merupakan masalah klasik banget dan sering aku temuin di keseharian.Â
Ada kalanya juga teman laki-lakiku itu baru cerita ketika masalah yang ia punya udah gede dan terlalu lama dipendam. Nah, ketika ia sudah membuka hati untuk cerita, tidak jarang juga ada teman-temanku yang berkata seperti ini,
"Puj, bingung mulai ceritanya dari mana dan gimana," atau "Puj, ini pertama kalinya aku cerita ke orang lain."
Terus, kenapa kemudian kebanyakan laki-laki yang sebetulnya perlu untuk menyampaikan emosi malah malu dan takut untuk curhat menceritakan masalah atau apa yang ada di perasaannya?Â
Kalau kamu penasaran, baca hingga tuntas ya tulisan ini. sebab, aku ingin sedikit berbagi mengenai hal ini berdasarkan apa yang pernah aku baca di beberapa buku psikologi.
Fakta bahwa banyaknya laki-laki yang susah banget buat curhat atau menunjukkan emosinya mengindikasikan bahwa faktor yang menyebabkannya adalah faktor yang berlaku luas. Faktor ini tidak hanya terjadi di sebagian individu saja.Â
Faktor yang paling banyak diteliti terkait hal ini adalah toxic masculinity alias norma-norma tentang bagaimana laki-laki harusnya berperilaku.
Dan sayangnya, bisa berbahaya untuk diri mereka sendiri dan orang sekitar. Agar kamu bisa lebih terbayang secara real, aku ingin saja mengajak kamu kembali ke masa kecil.Â
Ingat tidak sih kalau misalkan ada anak laki-laki yang mau nangis, apa kira-kira yang akan dikatakan oleh orangtuanya? Pasti kebanyakan akan mendapat pertanyaan dan pernyataan seperti ini,
"Loh, laki-laki kok nangis?"