Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Penderita Skizofrenia, Jangan Dianggap Gila

27 Oktober 2020   04:00 Diperbarui: 3 November 2020   21:06 1502
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"As well as being one of the worst things that can happen to a huma being, schizophrenia can also be one of the richest learning and humanizing experiences life offers"
-Mark Vonnegut (American pediatrician and author of The Eden Express: A Memoir of Insanity)


Kemarin, aku tak sengaja menonton salah satu video dari Kevin Anggara yang judulnya "Cerita seram". Awalnya aku kira isi kontennya adalah video pendek informatif tapi membuat penontonnya berpikir seperti biasanya, tapi ternyata di konten ini Kevin Anggara menceritakan tentang salah satu rekomendasi komik webtoon berjudul "Pigpen" yang ia sudah baca dan selesaikan. 

Aku, sebenarnya juga pembaca webtoon, terkadang juga membeli koin untuk membaca komik favorit. Biasanya, aku sama sekali tak tertarik dengan komik yang bergenre thriller atau horror, sebab ya aku adalah tipe anak yang kalau membaca suatu cerita susah untuk melupakan dalam waktu lama. Jadi aku tidak mau aja terjebak dalam ketakutan. Tapi entah kenapa atas rekomendasi Kevin Anggara tadi, pada malam harinya aku maraton membaca komik tadi sampai tamat. 

Komik Pigpen
Komik Pigpen

Komik Pigpen ini sendiri adalah sebuah cerita karangan Kim Carnby dan illustratornya yaitu Cheon Beomsik (SiCK). Saat membaca kisah awalnya sendiri, aku sudah diajak berpikir keras. 

Kisahnya bermula dari pria dewasa yang hilang ingatan, dan harus terjebak di pulau misterius yang aneh. Di pulau tersebut ada sebuah rumah bak istana, yang disewakan oleh sebuah keluarga misterius untuk keperluan wisata. 

Akhirnya, pria tersebut mau tidak mau, harus menjalani hari-harinya yang aneh di rumah tersebut. Setiap episodenya memiliki jalan cerita yang sama sekali tidak bisa tertebak namun selalu memaksa untu dibaca.

Episode demi episode aku baca, tidak terasa aku menamatkan 68 episode dalam satu malam saja, dan hingga akhir otakku seolah ikut terbawa dengan apa yang aku baca. Kisah yang diangkat di komik ini begitu nyata dan 'relate' dengan keadaan yang ada di masa sekarang ini. 

Entah aku yang terlalu berlebihan atau emosional, aku menjadi ikut membayangkan bagaimana keadaan si 'pria' pemeran utama di komik tadi kalau ada di dunia nyata. 

Betapa tersiksanya ia, hidup tapi tak hidup sepenuhnya sebab otak dan pikirannya terkurung dalam delusi dan halusinasi, dunia buatan yang mengurung ia sebagai penderita skizofrenia. 

Karena itu kemudian aku tertarik untuk menulis sedikit yang aku ketahui dari skizofrenia, disamping aku masih terngiang-ngiang dengan isi cerita komik yang aku baca. Jinhyuk menjadi contoh salah satu dari sekian banyak penderita skizofrenia yang kurang 'beruntung' nasibnya.


"Dengarlah Jinhyuk, kamu itu pembunuh, kita juga pembunuh, kita sama-sama pembunuh! HAHAHA, dasar orang gila!"

Dialog ini saja masih terngiang-ngiang dalam pikiranku saat aku mengetik ini. Coba saja bayangkan, kamu menjalani hari seperti biasa, kamu merasa nyaman. 

Namun seketika ruangan di sekitar kamu semakin menggelap, kamu mulai mendengar suara-suara asing dan dunia sekitar tidak terlihat normal lagi. Bagaimana kira-kira reaksi kamu? Takut tentunya. Nah sekarang bayangkan bahwa hal yang sama terjadi setiap hari sepanjang hidup, itulah realita bagi sebagian orang yang menderita Skizofrenia. 

Seperti halnya yang dialami oleh Jinhyuk dimana pulau serta keluarga yang ada di pikirannya adalah sebuah delusi yang ia ciptakan sebab penyesalan atau dosa yang ia perbuat di masa lalu ketika membunuh keluarga angkatnya. 

Memori dia merekam dan mencoba merekayasa segala hal agar menjadi seperti yang dia harapkan, dengan kemudian menghapus memori lain yang ingin dia tinggalkan.

Berbicara mengenai skizofrenia, tentu kita selalu mempertanyakan, apa sebenarnya penyakit ini? apa yang menyebabkannya? Dan adakah cara untuk menyembuhkannya?

Bagi banyak orang, ketika mendengar istilah skizofrenia, mungkin mereka akan membayangkan karakter fiksi seperti "The Joker" yang bersifat jahat dan berbahaya bagi orang lain. Stigma negatif ini tidak menggambarkan skizofrenia secara menyeluruh dan tidak akurat sama sekali. 

Dikutip dari pendapat Videbeck, Skizophrenia atau skizofrenia ini sendiri menurut pengertiannya berasal dari bahasa Yunani yaitu schizo yang artinya terbagi atau terpecah dan phrenia yang artinya pikiran. 

Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan membuat timbulnya pikiran, emosi, serta perilaku aneh yang terganggu.

Setiap penderita yang menderita skizofrenia dapat mengalami gejala yang berbeda-beda. Secara sederhana, gejala-gejala ini bisa dibagi menjadi tiga, yaitu gejala positif, negatif, dan kognitif.

Entah mengapa, penjelasan mengenai gejala-gejala penderita skizofrenia ini, digambarkan secara sempurna dalam komik Pigpen tadi menurutku. 

Sebut saja, gejala positif skizofrenia yaitu terjadinya perubahan pada tingkah laku, pikiran, halusinasi yaitu melihat, mendengar, atau mencicipi sesuatu yang sebenarnya tidak ada. 

Dalam delusi Jinhyuk, ia seolah melihat anak kecil yang merupakan penggambaran masa kecilnya namun ia tidak tahu kalau itu sebenarnya adalah dirinya, ia juga mendengar suara-suara yang mengatakannya sebagai seorang pembunuh dan orang gila, bahkan ia membuat memori seolah sedang memakan daging manusia dan teh darah bersama keluarga aneh yang tinggal bersamanya. Padahal, itu semua tak nyata. 

Jinu-Satu-satunya teman Jinhyuk Kecil
Jinu-Satu-satunya teman Jinhyuk Kecil

Gejala negatifnya sendiri, yaitu timbulnya sikap apatis terhadap lingkungan sekitar, merasa hampa dan tidak termotivasi dalam hal apapun. Tentu saja, Jinhyuk memang seorang sosok pribadi yang begitu menarik diri dari lingkungannya. Satu-satunya teman yang ia miliki, yaitu Jinu. Saudara angkatnya yang ia bunuh di kandang babi ketika masih kecil.

 Sementara itu gejala kognitif lebih sulit untuk dilihat. Pada umumnya gejala ini menyebabkan kesulitan dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, contoh yang paling sering terjadi yaitu kesulitan untuk berkonsentrasi. 

Seseorang bisa dikatakan sebagai seorang skizofrenia apabila dirinya mengalami gejala-gejala tersebut dan apabila gejalanya memberikan dampak yang signifikan terhadap kegiatan sehari-hari. 

Faktanya, Skizofrenia menyerang sekitar lebih dari 23 juta orang di seluruh dunia. Sementara di Indonesia, penderita skizofrenia mencapai sekitar 400 ribu orang. 

Dan, kebanyakan dari mereka adalah dikucilkan, alih-alih diberikan pengobatan dan perawatan. Sama seperti penyakit kejiwaan lainnya, penyebab dari skizofrenia sendiri belum diketahui secara pasti namun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang menjadi penderita skizofrenia yaitu keturunan, komplikasi saat kelahiran, dan cedera otak. 

Selebihnya, bagi orang-orang yang beresiko tinggi tersebut terdapat beberapa hal yang dapat membuat gejala mereka kambuh seperti stres dan penggunaan obat-obatan terlarang.

Karena kurangnya pemahaman masyarakat, penderita skizofrenia sering kali dikucilkan atau diberikan perawatan non-saintifik yang dapat memperparah situasi sebut saja seperti dibawa ke paranormal, ahli spiritual dan lain-lain. 

Pemeriksaan pengobatan yang seharusnya diterima oleh para penderita skizofrenia adalah pemeriksaan melalui spesialis kedokteran jiwa atau psikiater dan tentunya obat-obatan khusus yang dapat menekan gejala-gejala mereka. 

Well, kenyataan pahitnya adalah, skizofrenia sendiri tidak mendapatkan dukungan sebesar penyakit lain seperti kanker, HIV-Aids, tidak banyak orang memikirkan skizofrenia. Oleh karena itu, orang yang memahami, dan memberi dukungan bagi penderita skizofrenia sangat sedikit.

Menjalani hidup sebagai seorang penderita skizofrenia adalah menjalani hidup yang penuh dengan kesepian tapi kamu bisa mengubah hal tersebut dengan berhenti mengecap penderita skizofrenia sebagai orang gila. 

Stigma tersebut akan membuat penderita skizofrenia semakin menghindari perwatan yang diperlukannya dan membuatnya semakin dikucilkan oleh lingkungan sekitar. 

Selanjutnya, pahami skizofrenia lebih dalam, seringkali yang sering kita takuti adalah hal yang tidak kita pahami. Hal ini terbukti dengan begitu banyak penderita skizofrenia di Indonesia yang terlantar atau dipasung. 

Semakin banyak orang memahami skizofrenia, semakin banyak pula penderita skizofrenia yang tertolong dan mendapatkan perawatan dan penyembuhan yang dibutuhkan olehnya.

Itulah mengapa, ketika aku tuntas membaca komik ini, yang aku bayangkan adalah bagaimana nasib orang-orang yang memiliki gangguan seperti Jinhyuk dalam komik Pigpen tadi saat menjalani kehidupannya. Betapa sulitnya membedakan mana yang pasti mana yang ilusi. Betapa susah dan tersiksanya hidup dibawah bayang-bayang ketakutan yang direkayasa oleh alam bawah sadar.

 Harapan terbesarnya memang, diperlukan banyak kepala yang sadar bahwa kepedulian akan para penderita skizofrenia harus ditingkatkan. Edukasi melalui banyak media seperti salah satunya komik webtoon yang aku baca tadi memang hanya satu dari sekian banyak ruang berbagi. 

Diperlukan lebih banyak lagi hal dan aksi lain untuk menekan angka kesembuhan orang-orang yang menderita skizofrenia. Memberikan bantuan harapan penyembuhan bagi penderita skizofrenia ibarat mengajak mereka kembali ke dunia nyata. Mengembalikan waktu mereka yang sebelumnya tersita dalam kegelapan.

Semoga tulisan ini bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun