Bagi sebagian orang, hal ini seolah menjadi sebuah lingkaran kebiasaan yang terjadi secara tak sadar. Media sosial mengambil banyak bagian dalam kehidupannya, namun sedikit yang menyadarinya. Media sosial menggadaikan kepentingan primernya, menggantikan dengan sebuah pemenuhan kesenangan.
Sejak 2018, pelan tapi pasti aku mulai menarik diri sedikit demi sedikit dari media sosial, aku mulai jarang membuat status di akun Facebook serta aku menghapus akun Instagram milikku.Â
Namun ternyata itu semua tak berjalan mulus, selang beberapa bulan aku menghapus akun Instagram milikku, aku terpaksa untuk membuat akun baru sebab tuntutan tugas Ospek perkuliahan saat aku menjadi mahasiswa baru. Meskipun begitu selama bertahun-tahun, bisa dibilang aku memang sudah jarang sekali memposting atau mengelola akun media sosial yang aku miliki selain WhatsApp sebagai aplikasi chat. Â
Tahun 2020 tepatnya bulan Mei lalu aku melakukan sebuah eksperimen puasa medsos selama hampir sebulan penuh. Hal ini aku lakukan saat aku memang sedang masa liburan kuliah. Aku melakukan perjalanan ke rumah nenekku di pulau yang memang tidak ada sinyal internet.Â
Seperti seorang pecandu yang lepas dari candunya, di minggu-minggu pertama tanpa medsos, jari-jariku galau dan pikiran aku ikut kalut.Â
Jika dulu mengisi waktu kosong tenggelam dalam medsos, kini aku harus berhadapan dengan rasa bosan yang akhirnya diobati dengan hal lain. Apakah dengan termenung, membaca buku, atau menulis buku harian. Sesuatu yang sudah lama sekali tidak aku lakukan dan aku tinggalkan.
Minggu kedua, mulai nyaman, saking merasa nyamannya sampai-sampai memikirkan untuk login medsos saja membuatku merasa cemas. Cemas sebab aku mulai merasakan nikmatnya hidup di dunia nyata daripada di dunia maya. Saat puasa medsos, wajah orang-orang yang memiliki arti lebih dalam hidupku mulai muncul di pikiran.Â
Aku merindukan mereka, dan rasa rindu yang mendorongku untuk mengirim pesan, menelepon, untuk meminta waktu duduk bercengkerama dalam satu ruang yang sama. Menikmati koneksi yang sesungguhnya dengan mereka tanpa adanya drama.
Kunci keberhasilan puasa media sosial sebenarnya adalah dengan mengisi waktu yang dulunya terbuang untuk main media sosial dengan aktivitas yang lebih bermanfaat di dunia nyata. Bisa dengan baca buku, ikut komunitas, olahraga, ambil kelas bahasa, main musik, menari, atau kegiatan menyenangkan lainnya yang ada di kehidupan nyata.Â
Ketika puasa medsos, perhatian kita akan kembali berangsur utuh seperti semula, tidak lagi terbagi-bagi. Kita juga tidak lagi diburu-buru waktu sebab biasanya kesulitan membagi waktu sebab fokus yang tidak menyatu.Â
Puasa media sosial itu seperti mengangkat beban psikologis dari pundak. Beban yang satu dekade terakhir, tidak kita sadari kalau ia ada. Di akhir periode berpuasa medsosku, aku merasa memiliki hubungan yang lebih bijak dengan teknologi internet,mengevaluasi kembali hubungan dengan medsos.