"Ih Puj, caranya biar produktif dan bisa ngatur waktu itu kaya gimana sih? Perasaan aku udah nugas semaleman tapi kok ya tugasku selesai enggak, akunya sakit iya,"
-Temanku, (Inisial N)
Menurut kamu, orang produktif itu orang yang seperti apa sih? Well, jawaban simpelnya mungkin orang-orang kebanyakan mikir adalah orang yang terus-terusan kerja.Â
Nah, karena itu jawaban umum jadinya kebanyakan orang termasuk kamu mungkin juga mikir, Oke aku harus ngatur waktu nih, gimana caranya agar tiap hari aku punya kerjaan, tiap jam aku punya kerjaan, bahkan tiap menit aku harus produktif. Dan, waktu istirahat, waktu senang-senang itu harus aku potong.Â
Akhirnya, kebanyakan orang atau bahkan termasuk kamu juga sibuk untuk menyibukkan diri, dimana kadang kamu menjadi memaksakan untuk bekerja tanpa kenal waktu.Â
Mungkin juga ada dari kamu yang sampai menggadaikan waktu quality time bersama teman atau keluarga yang pada akhirnya tidak sempat melakukan hal yang kamu suka, atau melakukan hobi kamu sendiri.Â
Di sisi lain, kamu juga merasa, "Kok kerjaan aku gini-gini aja ya?" Padahal sebenarnya kamu sudah bekerja keras, tapi masih aja berpikir, "Masa sih semua keringat dan waktu luangkan terbuang sia-sia?"Â
So, kalau kamu merasa cerita tadi sedikit banyak menggambarkan kondisi kamu atau orang-orang yang berada di dekatmu, maka kamu harus membaca hingga tuntas tulisan aku kali ini. Di mana, di sini aku akan menjelaskan mengenai kenapa dengan terus-terusan kerja malah membuat kamu tidak lebih produktif, dan aku akan mengenalkan kamu kepada sebuah prinsip kerja yang mungkin bisa membuat kamu jadi lebih produktif.
Oke, kita langsung mulai aja pembahasan kita. Wajar banget ya kalau otak kita berpikir semakin banyak waktu yang kita habiskan maka akan semakin baik hasil kerjaan kita. Tapi ini itu tidak selalu benar sih, pasti kamu paham sekali lah ada kalanya otak kita lagi lancar-lancarnya banget dan membuat pekerjaan kita cepat selesai.Â
Ada juga, kita udah duduk berjam-jam di depan laptop tapi progressnya gak ada, seperti Spongebob yang cuma bisa menulis 1 kata saja setelah dia berjam-jam mencoba untuk menulis esai.Â
Nah, sampai disini kebayang ya kalau misalnya sibuk itu, tak selalu berkaitan dengan produktif, tidak selalu sama dengan produktif. Kalau berbicara mengenai produktivitas, maka sebenarnya kita ngomongin mengenai kerjaan yang efektif  dan efisien. Efektif ini ditandai dengan apabila target yang kita rencanakan tercapai, dan efisien kalau usaha kita itu seminimal mungkin atau sebanding dengan hasil.Â
Nah, sekarang gini kalau kamu sudah kerja lembur berjam-jam sampai pusing yang pada akhirnya ketika kamu kerja dan kerjaan kamu berantakan. Itu efektif ga sih? engga gitu kan. Atau ketika kamu lembur berjam-jam hingga kamu capek dan ketika bekerja atau belajar kamu malah kelelahan dan jatuh sakit? Itu efisien tidak? Ya enggak. Terus-terusan bekerja tanpa arah akan membakar habis energi secara fisik dan psikis.Â
Hasilnya, adalah kamu juga kehilangan motivasi untuk bekerja atau belajar.Â
Kamu mungkin akan menganggap kerjaan itu beban juga dan kamu kah kalau sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa burn-out karena kerjaan itu banyak banget membuat permasalah kesehatan fisik dan mental. Jadi, kesimpulannya gini. Kalau kita terus-terusan kerja tanpa arah itu bikin kita gak produktif. Sebab, terus-terusan kerja juga gak selalu sama dengan produktif.
Lalu, gimana caranya agar dapat melakukan pekerjaan yang produktif, efektif, dan efisien?
Aku aku akan sedikit berbagi mengenai apa yang pernah aku baca mengenai prinsip berkerja efektif di buku,  "7 Habits of  Highly Effective People" Karya Stephen R.Covey.
Di dalam buku ini, ada yang namanya prinsip "Sharpen The Saw" yang kalau di Bahasa Indonesia-kan artinya adalah "Mempertajam Gergaji." Maksudnya bagaimana? Agar kamu dapat lebih memahaminya, aku akan berbagi sebuah kisah kepadamu mengenai "Kisah Tukang Kayu."
Alkisah, di sebuah hutan ada dua orang tukang kayu yang datang bersamaan. Tukang kayu yang pertama adalah anak muda dimana dia punya banyak energi. Begitu sampai di hutan, ia langsung aja motong-motongin pohon menjadi kayu dengan gergaji yang ia bawa. Sedangkan tukang kayu yang kedua adalah orangtua yang pasti ketika sampai di hutan ia akan memikirkan dulu segala macam hal mengenai bagaimana caranya memotong pohon. Â Keduanya bekerja, hingga tak terasa hari telah sore.Â
Saat tiba di sore hari, tukang kayu yang muda mau berangkat pulang dan di perjalanan ia kaget melihat hasil potongan kayu si orantua tadi. Kok jauh lebih banyak daripada miliknya? Padahal dia mulai memotong duluan dan dia juga selesai terakhir, tanpa istirahat pula pas motong kayu.Â
Karena penasaran, ia kemudian bertanya kepada si tukang kayu tua, dan ternyata jawabannya adalah, si tukang kayu tua tadi tidak terburu-buru untuk memulai bekerja. Dia mempersiapkan dulu gergajinya, dia asah gergajinya sampai tajam, sehingga pemotongan kayu bisa lebih cepat.Â
Apa yang di dapat? Si tukang kayu tua tak kelelahan, memotongnya lebih cepat, dan hasil potongannya juga lebih banyak. Sebelum bekerja, sebenarnya si tukang kayu juga sudah memikirkan harus ke bagian hutan mana dia mengangkat hasil potongan kayunya, yang dengan begitu ia mampu mengatur jadwal istirahat. Sedangkan si tukang kayu muda kelelahan motong kayu, dan karena tak memikirkan harus ke tempat mana ia membawa hasil potongan kayunya.
Sekarang, kita ibaratkan pekerjaan atau tugas yang kamu miliki itu adalah pohon yang kayu-kayunya ingin kamu potong, maka pastikan dulu gergajinya sudah kamu asah, udah tajam gitu. Yang dimaksud gergaji adalah diri kamu sendiri. Kualitas diri kamu akan menentukan kualitas pekerjaan kamu. Hal ini sebenarnya mengingatkan aku terhadap sebuah penelitian yang pernah aku baca mengenai,Â
"Orang-orang yang kekurangan waktu tidur atau tak cukup istirahat, memiliki performa jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan orang-orang yang tidurnya cukup."
Performa ini juga termasuk di dalamnya adalah kemampuan berpikir dan kekuatan fisik. Of course, aku pun tak hanya mengatakan bahwa solusinya adalah tidur, tapi di Buku "7 Habits of Highly Effective People"Â dijelaskan juga berbagai macam cara untuk mempertajam gergaji ini.
Ada empat aspek sebenarnya yang bisa kamu perhatikan dan kembangkan yaitu aspek fisik, spiritual, mental, dan sosial. Â Adapun penjelasannya adalah, yang pertama adalah kualitas fisik, mencakup pola tidur, pola makan, olahraga. Sepakat gak sih, kalau kamu sudah sakit, yang susah tidak hanya kamu, tapi juga orang lain? Dimana pada akhirnya tugas-tugas atau pekerjaanyang ingin kamu selesaikan bukannya selesai justru terbengkalai.
Kedua, pertajam kualitas spiritual. Spiritual ini tak hanya terkait agama tapi juga termasuk pandangan hidup secara keseluruhan. Tujuan hidup kamu, apakah sudah meaningful? Saat kamu melaksanakan pekerjaan atau mengerjakan tugas coba aja diingat-ingat lagi apakah yang kamu kerjain itu sudah sesuai tidak sih dengan tujuan hidup kamu? Bakal membuat hidup kamu terasa utuh tidak sih?Â
Sama seperti ini, aku yang kuliah jurusan pendidikan anak usia dini, ketika aku mendapatkan tugas kuliah mengenai harus mencari jurnal tentang perkembangan anak misalnya, dan aku bermalas-malasan, maka akan dipertanyakan keseriusanku belajar dan kuliah di jurusan ini. Aku kan nanti lulus harus menjadi manusia yang sekurang-kurangnya paham akan perkembangan anak, tapi kalau untuk membaca dan serius belajar mengenai ini saja aku enggan, maka tujuan hidupku memerlukan proses revisian. Nah, refleksi atau meditasi itu penting agar kamu tidak kehilangan arah ketika sedang mengerjakan sebuah pekerjaan.
Hal yang selanjutnya adalah kualitas mental. Coba bangun mentalitas yang bisa membuat hidup kamu sukses yang efektif. Misalnya aja dengan membaca buku, ikut webinar, dan lain-lain.
Dan yang terakhir adalah kamu perlu untuk menjaga aspek sosial. Dimana kamu juga perlu untuk berinteraksi dengan orang lain. Dengan teman, keluarga, guru, selain untuk membantu kamu mengurangi stress, tapi hal ini juga membantu kamu mengembangkan kemampuan interpersonal yang sebenarnya penting banget di dalam kehidupan kita.
Nah itu tadi adalah beberapa hal yang perlu kamu perhatikan agar gergaji kamu menjadi lebih tajam dan terasah dimana pada akhirnya pekerjaan yang kamu lakukan menjadi lebih produktif, efektif, dan efisien. Â Semoga dapat mengambil pelajaran dari tulisan aku kali ini, semoga kita bersama dapat belajar dari kisah tukang kayu, dimana produktif itu diraih dengan mengatur energi, bukan waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H