Jadi, jangan bermimpi daerah kita akan dikenal secara nasional, bahkan internasional jika menulis tidak dijadikan sebagai budaya seperti saat agama Islam mencapai masa keemasannya. Menulislah. Catatlah apa saja yang ada di sekitar kita, baik mencatat peristiwa, kebudayaan, atau pemikiran. Idealnya begitu.
Namun, siapa yang bisa memberikan kesadaran kepada setiap orang bahwa menulis itu penting? Siapa yang bisa memaksa mereka? Tak ada. Kita juga tak boleh memaksa siapapun. Bukankah untuk urusan agama saja tak boleh ada paksaan? Apalagi hanya sekadar menulis.
Para guru pun tak boleh dipaksa untuk menulis, kecuali untuk keperluan sertifikasi. Para penyair cukup onani dengan diksi dan metafor yang hanya bisa dipahami oleh mereka sendiri. Pun begitu dengan para wartawan. Menulislah, kalau ada duitnya saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H