Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilarang "Ngising" Sembarangan!

5 Maret 2017   18:40 Diperbarui: 6 Maret 2017   04:00 1764
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Data Joint Monitoring Program WHO/UNICEF 2014 menyebutkan sebanyak 55 juta penduduk di Indonesia masih hobi Buang Air Besar (BAB) sembarangan. Dan karena bangsa Indonesia merupakan bangsa yang paling tinggi kadar syukurnya dan paling tinggi level kesabarannya, mereka yang hobi BAB itu bisa mandi dan mencuci pakaian di sungai yang sama tanpa merasa risih, apalagi jijik.

Bangsa Indonesia adalah bangsa pilihan. Oleh karena itu, meskipun secara ekonomi mereka tidak punya kemampuan untuk membangun toilet sendiri, mereka tidak pernah memprotes pemerintah, apalagi harus menggelar demonstrasi di Bundaran Hotel Indonesia, misalnya. Mereka juga tidak pernah berpikir untuk mengumpulkan jutaan massa untuk mendesak pemerintah agar segera mendirikan toilet yang layak pakai dan tidak gampang mampet karena kemasukan kotoran bertekstur keras karena orang yang membuang kotoran tersebut terlalu banyak nguntal semen.

Mereka juga tidak pernah mengeluh, meskipun mereka tahu betul bahwa kebiasaan BAB sembarangan dapat menyebabkan penyakit diare. Selain diare, perilaku ngising sembarangan ini juga akan berdampak lebih luas. Salah satunya karena pencemaran yang dihasilkan dari eek tersebut akan menyebar melalui udara. Hal ini selain akan menularkan bakteri kepada balita, juga akan mengganggu ketertiban masyarakat. Kalau Anda tidak percaya, coba saja Anda BAB di halaman kantor Pak RT. Saya yakin Anda akan segera menemukan jawabannya.

Yang lebih unik (kalau tak mau disebut menjijikkan), berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2012, sebanyak 39-40 juta orang yang buang air besar sembarangan, itu termasuk orang yang mempunyai WC, namun masih membuang kotorannya ke sungai. Riset yang dilakukan UNICEF dan WHO, juga menyatakan lebih dari 370 balita Indonesia meninggal akibat perilaku buruk BAB sembarangan.

Dan karena kebiasaan BAB sembarangan ini sudah dilakukan warga secara turun temurun, bahkan seakan-akan sudah menjadi kesepakatan bersama, sekelompok orang menyebut kebiasaan BAB sudah menjadi tradisi. Hal ini diperkuat oleh Digital Communication Officer dari UNICEF Indonesia, Rafael Klavert, yang menyebutkan perilaku BAB sembarangan memang dianggap sebagai tradisi atau budaya yang melekat di masyarakat Indonesia. Dengan begitu, masih banyak masyarakat yang menganggap perilaku tersebut wajar-wajar saja. Bahkan, ketika ia memosting soal perilaku BAB sembarangan di media sosial, sebagian besar netizen justru memakluminya. "Itu sudah tradisi," katanya.

Seorang teman bercerita kepada saya bahwa kebiasaan BAB sembarangan ini memang kerap dilakukan oleh sebagian warga di kampungnya yang biasa membuang kotorannya di pantai. "Setahu saya, dulu memang begitu. Kalau tidak waspada saat berjalan di pantai, siap-siap saja terkena jebakan betmen. Tetapi hal itu dilakukan warga karena mereka tidak bisa membangun toilet sendiri," jelasnya.

Namun, saat ini kawan saya yang berprofesi sebagai jurnalis itu mengaku sudah tidak update informasi terkait tradisi ngising sembarangan di pantai. Menurut dia hal tersebut termasuk perbuatan yang sia-sia dan tentu saja amat menjijikkan. Di akhir pertemuan kami hari ini, kawan saya hanya menyampaikan harapan agar pemerintah daerah dapat segera memastikan setiap warganya memiliki toilet yang layak. Ini sangat penting agar masyarakat tidak BAB sembarangan, baik itu di pantai, di kebun sawit, di jalan raya, apalagi sampai BAB di gedung wakil rakyat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun