Kemudian Tuhan bertanya lagi kepada anjing, "hai anjing kenapa kamu menggigit dia...?
"Maaf Tuhan, saya melihat pak haji itu adalah orang yang sangat alim dan menyayangi makhlukNya. Dia pakai sorban, gamis dan tasbih. Saya kira dia tak punya marah. Eh ternyata saya salah".
"Lho kok kamu mikirnya sejauh itu? kamu ngaji darimana? belajar sama siapa?"kata Tuhan.
Dengan bijak si anjing menjawab pertanyaan Tuhan, "itu hasil tafakkur dan ijtihad saya Tuhan. Itu hasil kontemplasi saya,"kata si anjing.
"Waduuh, kalau begitu kamu jaaauuuuuuh lebih makrifat daripada pak haji itu,"Tuhan menyimpulkan.
Dialog imajiner diatas menunjukkan bahwa, di mata Tuhan, seorang manusia belum tentu lebih baik daripada seekor anjing. Bahkan seekor anjing bisa memiliki nilai-nilai kemanusiaan. Sebaliknya, manusia sering lengah, dan hanyut dengan sifat-sifat kehewanan.
Bahkan kepada seekor anjingpun kita harus berprasangka baik, apalagi dengan manusia. Tapi ini kan teorinya, saya sendiri belum tentu bisa melakukannya. Tapi setidaknya, melalui hal-hal seperti ini kita selalu belajar bahwa manusia itu kecil sekali dimata Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H