Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kementerian Khusus Pengalihan Isu

3 Desember 2015   15:43 Diperbarui: 3 Desember 2015   15:43 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto: suaramedan. com "][/caption]

Puja Mandela 

Mungkin tidak ada yang bisa diambil pelajaran dari berbagai kegaduhan politik di Indonesia, selain tentang betapa hebatnya pemerintah ngeles dari segala permasalahan yang terjadi di republik ini.

Belum selesai masalah pembakaran lahan dan hutan yang membuat sesak nafas masyarakat di Kalimantan dan Sumatera, muncul isu "papa minta saham" yang sampai hari ini masih menjadi headline di berbagai media massa, baik nasional maupun lokal.

Bahkan setelah diperdengarkannya rekaman pembicaraan Maroef Sjamsoeddin, Setya Novanto dan Muhammad Riza Chalid di sidang Mahkamah Konstitusi Dewan (MKD), ada dugaan bahwa problemnya tidak hanya sampai pada "papa minta saham" dan pencatutan nama presiden saja. Masalahnya ternyata lebih kompleks dari itu.

Rekaman itu juga menyinggung banyak hal, dari isu pemilu presiden, batalnya BG menjadi Kapolri, presiden dimarahi ibu Mega, sampai soal pernikahan anak presiden pun ikut dibahas. Bahkan ada banyak sekali tokoh politik yang disebut di rekaman itu, walaupun tak semua terkait dengan urusan saham Freeport.

Isi rekaman ini bisa saja dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki kepentingan politik yang berujung pada berbagai permasalahan baru. Misalnya, soal dugaan kecurangan pemilu presiden 2014. Memang beginilah wajah negeri ini. Belum selesai satu persoalan, sudah muncul persoalan lain.

Mungkin tak ada yang memprediksi masalahnya akan begitu melebar. Ini menarik untuk ditunggu bagaimana ending sinetron ini. Ada kemungkinan kisah telenovela ini akan berakhir anti klimaks seperti bencana kabut asap kemarin.

Saya sendiri lebih tertarik untuk menunggu isu berikutnya, apa lagi ya? Terorisme, Syiah dan Wahabi, pesawat jatuh, pembakaran rumah ibadah, pejabat kawin lagi, batu ajaib, sandal ajaib, daging oplosan,  goyang oplosan, eh...

Saya jadi penasaran, apakah republik ini memang memiliki lembaga yang anggotanya digaji oleh negara untuk menciptakan sesuatu yang bernama isu. Seperti saat perhatian masyarakat Indonesia tiba-tiba berubah haluan, dari pemberitaan soal pelaku pembakaran lahan dan hutan kepada isu "papa minta saham".

Bisa jadi pembakaran lahan dan hutan dilakukan secara sengaja, juga untuk mengalihkan isu tertentu? Ah saya tak tahu soal itu. Tetapi jangan-jangan, republik ini memang memiliki Kementrian Khusus Pengalihan Isu? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun