Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Salim Kancil dan Aktor Intelektual

22 November 2015   20:37 Diperbarui: 22 November 2015   20:54 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Foto: change. org"][/caption]Siapa yang harus bertanggung jawab kalau seorang gadis berusia belasan yang belum memiliki status pernikahan ternyata sudah berbadan dua? Lebih mencengangkan lagi jika ternyata umur bayi dalam kandungan gadis itu sudah berusia tujuh bulan.

Saat diinterogasi, si gadis masih terlihat sangat syok. Ia belum berani mengungkapkan siapa yang berani menghamilinya.

“Wah pasti pacarnya yang melakukannya,”komentar seorang wanita dengan akun anonim.

“Mungkin teman laki-lakinya. Belum tentu pacarnya yang melakukannya”kata wanita lainnya.

Hussss…… Ngawur semua…!

Jangan asal tuduh. Mentang-mentang sekarang zamannya media sosial, jadi bisa komentar sembarangan. Nggak bisa begitu lah. Kita sebagai manusia harus berprasangka baik dengan sesama. Belum tentu, sekali lagi belum tentu pacar atau teman laki-lakinya yang melakukan perbuatan tersebut.

“Mungkin teman perempuannya”

Hussssssss………  Semakin ngawur saja….!Saya pastikan tak ada yang pasti didunia ini, kecuali kematian, dan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Belum tentu Paijo yang dikenal memiliki banyak perusahaan di sektor perkebunan, pertambangan dan kelautan adalah orang kaya.

Bisa jadi Paijo yang disegani berbagai kalangan pengusaha cuma sebagai pemeran pengganti atau bahkan cuma pemeran figuran. Yang lebih mengkhawatirkan lagi, jangan-jangan Paijo cuma tokoh fiktif.

Wah…kok iso…? Yo emboh, aku juga nggak ngerti…

Raja-raja kecil di daerah belum tentu sebagai pemilik modal utama. Selalu ada dugaan, bahwa ada peran aktor intelektual yang mendorong raja-raja kecil tersebut. Ini berlaku dari tingkat desa, kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan di republik ini.

Makanya lucu, ketika ternyata media ramai-ramai memberitakan bahwa aktor intelektual pembunuhan Salim Kancil hanya seorang kepala desa. Boleh percaya boleh juga tidak. Sebab tak ada kriteria dan syarat-syarat untuk menjadi aktor intelektual. Itulah susahnya. Tapi menurut saya kok nggak keren banget, aktor intelektual kok cuma setingkat kepala desa?

Saya setengah yakin kalau kepala desa yang dimaksud bukanlah aktor intelektual yang sesungguhnya. Menurut saya, yang namanya aktor intelektual, sampai kapanpun tidak akan menampakkan batang hidungnya ke muka publik.

Kita tak pernah bisa menemukan siapa itu aktor intelektual. Bagaimana wujudnya, apakah ia fiktif, nyata, dari alam ghaib atau dari dimensi lain. Dan bagaimana seleranya terhadap SPG rokok? Saya juga nggak tahu.

Lalu apakah kehamilan diluar gadis-gadis belia di Republik Indonesia juga karena adanya peran aktor intelektual?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun