Thoriqoh merupakan suatu jalan yang ditempuh kebanyakan sufi guna lebih dekat dengan Allah subhanahu wa ta'ala. Jalan ini bisa diidentifikasikan sebagai suatu jalan yang landasannya ialah syariat karena jalan utamanya yaitu syar, kemudian yang menjadi anak jalan ialah para sufi. Pendidikan mistik menjadi salah satu pendidikan cabang dari jalan utama yang di dalamnya terdapat hukum ilahi serta menjadi pijakan untuk tiap-tiap Muslim. Sebuah kemustahilan ketika seorang anak jalan tanpa adanya jalan utama yang menjadi landasannya. Pengalaman mistik tidak bisa diperoleh ketika perintah syariat yang mengikat sebelumnya belum ditaati dengan seksama.
Di Indonesia, perkembangan thoriqoh cukup memberi warna kehidupan keagamaan yang penuh dengan semanat bathiniyah. Thoriqoh yang masih berkembang di Indonesia antara lain:
● Thoriqoh Qodiriyah
Thoriqoh Qodiriyah berasal dari Makkah, yang didirikan oleh Syekh Abdul Qodir Al-Jailani. Thoriqoh ini menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di daerah Jawa. Thoriqoh ini mengalami perkembangan pesat pada abad ke-19, terutama ketika mengalami penjajahan belanda. Syekh Abdul Qodir Al-Jailani mengajarkan 7 ajaran pada thoriqoh qodiriyah, 7 ajaran tersebut adalah: a) Taubat, taubat adalah Kembali kepada Allah dengan menguraikan ikatan dosa yang terus menerus dari hati kemudian melaksanakan setiap hak tuhan. b) Zuhud, zuhud merupakan gambaran tentang menghindari dunia karena tahu kehinaannya bila dibandingkan dengan kemahalan akhirat. c) Tawakal, tawakal yaitu menyerahkan segala urusan kepada Allah dan membersihkan diri dari gelapnya pilihan. Thoriqoh merupakan salah satu sifat kemuliaan yang harus ada pada diri seorang ahli sufi. d) Syukur, Syukur adalah ungkapan rasa terimakasih atas nikmat yang diterima, baik lisan, tangan, maupun hati. e) Sabar, sabar adalah tidak mengeluh karena sakitnya musibah yang menimpa kita kecuali mengeluh kepada Allah SWT. f) Ridho, ridho adalah kebahagiaan hati dalam menerima takdir. g) Jujur, jujur dalah mengatakan yang sebenarnya pada kondisi apapun, baik menguntungkan maupun merugikan.
● Thoriqoh Syadziliyah
Thoriqoh Syadziliyzh didirikan oleh Abu Hasan Ali Asy-Syadzili pada abad ke-13, yang kemudian dikembangkan oleh Sunan Gunung Jati di Indonesia. Menurut KH. Aziz Masyhuri, thoriqoh syadziliyah ini memiliki 9 ajaran dan amalan, antara lain: a) Istighfar, yang mempunyai maksud guna meminta ampunan pada Allah subhanahu wa ta'ala dari seluruh dosa yang pernah diperbuat manusia. b) Sholawat nabi, dengan maksud untuk memohon syafa'at dari beliau kanjeng nabi di yaumul akhir kelak. c) Dzikir, dzikir diartikan sebagai suatu perintah Allah yang pertama kali diwahyukan pada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melalui malaikat Jibril yakni ketika nabi berada di gua Hira. d) Washilah dan Rabithoh, diantara macam-macam tawassul yang biasa dilakukan dan diajarkan dalam tarekat Syadziliyah ialah; membaca surat Al-fatihah yang ditujukan pada arwah suci Rasulullah shallallahu alaihi wasallam; hingga Mursyid yang menalqin atau mengajar dzikir. Ada pula rabithah yang dipraktikkan pada thoriqoh Syadziliyah iyalah dengan menyebut ism dzat, yakni lafadz "Allah, Allah" di hati. e) Wirid, wirid yang disarankan ialah salah satu penggalan dari ayat Al-Qur'an surat at-Taubah ayat 128-129 serta wirid ayat kursi yang minimal dibaca 11 kali setelah melakukan salat wajib. f) Adab, adab seoran murid dapat diktegorikan kedalam empath al, yakni adab seorang murid pada Allah, murid pada Mursyidnya, murid pada dirinya sendiri, serta murid pada sesama muslim. g) Hizib, hizib yang dipelajari pada thoriqoh Syadziliyah ada banyak yakni tiap-tiap murid tidak mendapatkan hizib yang sama, sebab disesuaikan dari kondisi dan situasi rohani murid tersebut. Hizib-hizib itu ialah: "hizib al-Asyfa', hizib al-Aafi, hizib al-Bahr, hizib al-Baladiyah, hizib al-Barr, hizib anNasr, hizib al-Mubarak, hizib as-Salamah, hizib an-Nur, dan hizib al-Kahfi" h) Zuhud, zuhud sering diartikan sebagai suatu kegiatan pengosongan hati dari hal-hal selain Allah. i) Suluk Uzlah dan Uzlah, ialah bentuk pengasingan diri dari khalayak ramai serta pergaulan masyarakat guna menghindari adanya godaan-godaan yang bisa menyebabkan jiwa kotor.
● Thoriqoh Sathoriyah
Thoriqoh Sathoriyah didirikan oleh Sirajuddin Abdullah Syattar pada abad ke-15 di India, yang kemudian disebarkan oleh Syekh Abdurrauf bin Ali al-Jawi al-Singkili. Di dala thoriqoh ini dikenal 7 macam dzikir, antara lain: a) Dzikir thawaf, ialah suatu zikir yang caranya dengan memutar kepala dari bahu kiri ke bahu kanan dan mengucapkan lailaha dilakukan dengan menahan nafas. Kemudian ketika sudah dibawa kanan nafas ditarik dan mengucap illallah dengan dipukulkan ke hati yang letaknya dua jari di bawah susu kiri tempat nafsu berada. b) Dzikir nafi itsbat, yakni suatu dzikir dengan ucapan lailahaillallah yang mengeraskan pada suara nafinya lailaha daripada illallah yang dilakukan dengan memasukkan suara dalam nama Allah. c) Dzikir itsbat faqat, diartikan sebagai suatu dzikir "illallah illallah illallah" yang dilakukan pada hati. d) Dzikir Ilmu Dzat, dzikir dengan melafalkan Allah Allah dan Allah yang diarahkan ke dada tempat di mana ruh bersemayam yang diartikan sebagai inti kehidupan manusia. e) Dzikir Taraqqi, iya nih zikir Allahu Allahu dengan gerakan dari dalam dada membaca Allah serta ketika membaca hu dimasukkan ke dalam pikiran. Dzikir ini mempunyai tujuan supaya pikiran pendapat cahaya Ilahi. f) Dzikir Tanazul, yakni zikir yang dilafalkan dengan Hu Allah, Hu Allah, di mana ketika mengucap dari bait Al makmur serta ketika mengucap Allah dihujamkan ke dalam dada. Dzikir ini mempunyai tujuan supaya orang Saleh mempunyai rasa sadar yang tinggi mengenai insan cahaya Ilahi. g) Dzikir Isim Ghaib, yakni dzikir hu, hu, hu, yang dilakukan dengan memejamkan mata serta mulut dikatupkan pada arah dada menuju dalam hati.
Hal itu itu berdasarkan dari firman Allah subhanahu wa ta'ala pada surat al-mu'minun ayat 17 yang artinya:
"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan di atas kamu semua tujuh buah jalan, dan Kami sama sekali tidak akan lengah terhadap ciptaan Kami (terhadap adanya tujuh buah jalan tersebut)".
● Thoriqoh Naqsabandiyah