Mohon tunggu...
Chinta Lintang
Chinta Lintang Mohon Tunggu... -

Ku adalah sebuah ironi yg mencoba masuk dalam demensi hati...\r\nMengubah bait-bait nadi menjadi sebuah puisi..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Luka Hati Penantian

11 Maret 2015   15:39 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:48 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sedang apa pah..?
Baru ngapa pah..?
Udah makan belum pah..?

Di saat itulah ku benar-benar merasakan bahagia
Ungkapan rasa perhatian yg begitu besar terhampar lembut teraung di cela-cala telinga penuh nada irama
Ketika gejolak asmara meraja..

Chinta...

Tapi kini apa..
Seiring awan lereng tebal menghantam lonceng jalan
Lentera itu tak lgi bersinar terang
keyakinan tak lagi tertanam
Ikatan rasa pun tak lagi bertahan
Seakan redup terhalang
Ketika cinta mu yg makin lama makin menghilang tampa sapaan..

Chinta...
Apakah kamu mersakan..!

Merasakan kikisan lembayung aura yg mulai pudar ditelan waktu
Bait-bait rindu yg dulu berdendang sahdu kini hambar tak berpadu..

Chinta..

Ku tahu jalan kita masih teramat jauh
Kau pasti meraskan hawa jenuh tiap jengkal rasa yg kita tempuh..

Ternyata terbukti sudah..

Bait-bait sapa tak lagi menyapa
semuanya hampa sirna tampa kata
Nuasa keharmonisan menjadi langka bersama tanpa bibir suara yg mengema telinga..

Chinta...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun