4.Media Bahan Bekas
Kata “media” berasal dari bahasa Latin, medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, “pengantar”. Menurut Gerlach dan Ely yang dikutip dalam buku Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, menyatakan bahwa media adalah manusia, materi, atau kejadian yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan, atau sikap. Media dalam arti umum sering diidentikkan dengan buku, guru, dan juga lingkungan sekolah, namun lebih khususnya media dalam proses pembelajaran diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis atau elektronik untuk menangkap, menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Menurut Iskandar (2006: 2) bahwa barang bekas adalah barang yang telah digunakan dan tidak dipakai kembali atau dapat dikatakan sebagai barang yang sudah diambil bagian utamanya. Sebagian orang mungkin menyepelekan barang bekas, sebenarnya apabila barang bekas dimanfaatkan sebagai bahan untuk pembelajaran dan media pembelajaran atau memiliki nilai seni yang tinggi tentunya barang tersebut memiliki estetis dan nilai ekonomis sehingga ia menciptakan tanpa harus membeli barang baru, barang bekas sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan penghasilan dan memanfaatkan barang yang telah tidak dipakai. Barang bekas seringkali kita jumpai dimana-mana tidaklah sulit untuk mencari barang yang telah digunakan oleh orang lain ini semua memudahkan pendidik dalam mendapatkan media baru. Setidaknya kita dapat mengambil manfaat akan barang bekas yang kurang memiliki arti dalam kehidupan sehari-hari menjadi media yang penting dalam pengembangan potensi kreativitas anak.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, “barang” diartikan sebagai benda yang berwujud sedangkan arti kata “bekas” adalah sisa dari barang yang telah dipakai, jadi, barang bekas bisa diartikan sebagai benda - benda yang pernah dipakai yang sisanya sudah tidak dimanfaatkan kembali, barang sisa memiliki kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru. Bahan sisa dapat berupa sampah rumah tangga yang berasal dari segala macam kegiatan, seperti kegiatan memasak didapur, daun-daun yang berguguran, kardus-kardus susu dan kertas yang bertumpuk, kain perca bekas baju yang telah tidak dipakai, botol dan kaleng bekas minuman. Diperkuat dengan Montolalu (2005: 8) yang mengatakan beberapa contoh bahan sisa antara lain seperti kertas bekas, kardus/karton, bahan/kain, plastik dan kaleng, tali, tutup botol dan karet.
Jadi dapat disimpulkan media bahan bekas adalah alat atau perantara yang memberikan pengetahuan kepada peserta didik agar memiliki keterampilan yang berasal dari benda-benda yang pernah dipakai yang sisanya sudah tidak dimanfaatkan kembali, yang mana barang sisa tersebut memiliki kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru atau benda sebelumnya. Contohnya : koran bekas, plastik, kain perca, cangkang telur dan lain sebagainya. Barang atau bahan bekas tersebut dapat dimanfaatkan kembali, menjadi barang yang lebih bernilai guna dan menjadi barang yang lebih indah untuk dilihat ketika sudah diolah atau didaur ulang menjadi sebuah karya seni oleh orang – orang
Yang kreatif
BAB III
RENCANA PERBAIKAN
A.Subjek Penelitian
1.Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan penulis di TK Islam Bakti 2 Boyolali yang berlokasi di Desa Kebonso, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Tahun Pelajaran 2020/2021.
2.Waktu Penelitian
Pelakanaan penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu sebagai berikut :
a.Siklus I dilaksanakan pada hari Senin, 19 April 2021 sampai dengan Jumat, 23 April 2021.
b.Siklus II dilaksanakan pada hari Senin, 26 April 2021 sampai dengan Jumat, 30 April 2021.
3.Tema yang diambil dalam rencana perbaikan Siklus 1 dan Siklus 2 adalah Negaraku.
4.Kelompok anak yang menjadi subjek penelitian adalah Pada anak kelompok B dengan jumlah peserta didik sebanyak 10 anak, yang terdiri atas siswa laki-laki sebanyak 5 anak dan siswa perempuan sebanyak 5 anak. Dengan usia rata – rata adalah 5 – 6 tahun.
5.Karakteristik anak secara umum adalah anak yang cenderung aktif dan kreatif dalam bermain dan sering kali menunjukkan sikap rasa ingin tahu dan rasa ingin mencoba yang besar. Sehingga diharapkan dengan memanfaatkan media bahan bekas ini dapat memenuhi rasa ingin tahu dan mencobanya dalam kegiatan bermain kolase sehingga dapat meningkatkan kemampuan motorik halusnya
B.Deskripsi Rencana Tiap Siklus
1.Siklus I
a.Rencana Pelaksanaan
Sebelum penelitian dilakukan, akan disampaikan kondisi awal anak didik kelompok B TK Islam Bakti 2 Boyolali. Sebelum dilaksanakan perbaikan dengan kegiatan kolase menggunakan media bahan bekas, hanya sebagian kecil anak didik yang mampu menyelesaikan sesuai indikator pada siklus pertama. Kegiatan yang terlebih dahulu dilakukan guru adalah membuat rancangan kegiatan, yaitu sebagai berikut :
1)Kegiatan awal
Dilakukan dengan kegiatan rutinitas, yaitu berbaris, berdoa, salam, bernyanyi dan bercakap - cakap
2)Kegiatan inti
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang menjadi praktik dalam observasi dan penilaian dalam perbaikan. Langkah – langkah kegiatan inti sebagai berikut :
a)Mengatur tempat duduk anak dan guru berada didepan kelas menghadap anak – anak.
b)Guru memulai menjelaskan bahan – bahan yang digunakan untuk pembuatan kolase
c)Guru memulai menjelaskan cara mengerjakan
d)Guru membagi gambar dan bahan kolase
e)Guru mempersilahkan anak untuk mengerjakan dan memotivasi untuk dapat menyelesaikan dengan rapi
f)Guru menilai dan mengevaluasi kemampuan anak dan mencatatnya.
3)Kegiatan akhir
Kegiatan akhir dilakukan dengan mengulas kegiatan yang telah dilakukan selama satu hari, diakhiri dengan bernyanyi, berdoa dan salam
b.Rencana Pengamatan
Rencana pengamatan yakni penilaian terhadap objek, seperti siapa yang diamati, kapan pengamatan dilakukan, apa hasil yang akan diperoleh dari observasi yang dilakukan (pengamatan terhadap proses pembelajaran dan pengamatan hasil belajar). Dari hasil pengamatan guru terhadap hasil kegiatan anak dalam motorik halus yang telah dilaksanakan anak terutama kolase, dimana anak belum mau menuntaskan pengerjaannya sehingga belum tercapai hasil sesuai harapan.
c.Rencana Refleksi
Refleksi yaitu bagaimana cara merefleksi proses pembelajaran dan hasil belajar dengan tujuan melihat kelemahan dan kelebihan Tindakan perbaikan yang telah dilakukan untuk merencanakan perbaikan kegiatan selanjutnya. Refleksi dilakukan setiap akhir pembelajan setiap hari.
2.Siklus II
a.Rencana Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan pada siklus II ini merupakan hasil refleksi guru. Pada siklus I model pembelajaran guru dan gambar objek untuk kolase yang kurang menarik untuk anak menjadi penyebab pembelajaran kurang berhasil. Sehingga hasil yang diharapkan belum maksimal. Pada siklus 2 ini, guru akan menggunakan media bahan bekas dan gambar objek yang lebih menarik lagi agar dapat memancing rasa ketertarikan anak untuk mengerjakan. Sehingga diharapkan anak akan lebih semangat dan tanggung jawab untuk menyelesaikan kolase dengan penuh dan rapi.
Langkah – langkah pelaksanaan siklus II, yaitu sebagai berikut :
1.)Posisi anak duduk berkelompok 1 meja 3 anak, posisi guru berada ditengah dapat mengamati anak berkegiatan dengan mudah
2.)Guru menyiapkan media bahan bekas yang lebih mudah dijangkau pengetahuan anak dan gambar objek yang menarik
3.)Guru memulai menjelaskan cara pengerjaan, cara menempel dan cara merapikan
4.)Guru menekankan hal – hal yang penting yang berkaitan dengan tehnik menempel kolase
5.)Guru meminta anak mengerjakan dengan percaya diri dan berani, serta mempersilahkan anak bertanya dan minta bantuan apabila membutuhkan bantuan saat menemui kesulitan.
6.)Pada hari kedua sampai hari kelima, pelaksanaan juga sama seperti langkah – langkah sebelumnya.
7.)Guru mengulas dan mengevaluasi hasil anak secara menyeluruh.
b.Rencana Pengamatan
Siklus II diharapkan menunjukkan adanya kemajuan serta peningkatan pada anak didik. Dengan menggunakan model pembelajaran dan media bahan bekas yang menarik, maka diharapkan anak akan tertarik dan mampu menyelesaikan kegiatan dengan hasil yang sesuai harapan.
c.Rencana Refleksi
Penggunaan media bahan bekas dalam kegiatan kolase diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus anak. Adanya keingintahuan dan ketertarikan terhadap media yang digunakan tersebut dapat merangsang anak untuk mau mengerjakan kegiatan kolase dengan penuh semangat, tanggung jawab dan suka cita.
Adanya motivasi dan penghargaan yang diberikan guru akan meningkatkan rasa percaya diri dan keberanian pada anak untuk mengambil keputusan pengaturan letak menempel media sesuai gagasan anak. Serta hubungan yang baik anatara guru dan anak didik selama proses belajar akan memaksimalkan hasil yang diharapkan dari proses pembelajaran itu sendiri.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.PELAKSANAAN SIKLUS
1.Pra Siklus
Berdasarkan kondisi anak di TK Islam Bakti 2 Boyolali Tahun 2020/2021 yang peneliti temukan adalah :
1)Anak belum bisa rapi saat kegiatan kolase.
2)Anak belum dapat mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakkan rumit.
3)Anak belum mampu menyelesaikan kegiatan kolase.
4)Anak belum mampu mengekspresikan diri dengan berkarya seni.
Kondisi seperti ini wajar karena anak-anak hanya senang untuk bermain dengan suatu yang disukainya. Oleh karena itu peran pendidik menjadi tolak ukur peningkatan kemampuan motorik halus bagi anak-anak dengan tehnik pengajaran yang menyenangkan dan mampu untuk menstimulus anak didik untuk mengembangkan motorik halus yang baik dengan keterampilan kolase.
2.Siklus I
Pada penelitian ini, peneliti akan mengadakan serangkaian kegiatan yaitu mengidentifikasi masalah, menganalisis masalah dan merumuskan masalah. Setelah peneliti mengadakan observasi kelas, maka peneliti akan menemukan beberapa permasalahan dalam melaksanakan kegiatan pengembangan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan media bahan bekas. Permasalahan tersebut antara lain : hasil belajar yang belum sesuai dengan harapan guru, beberapa anak masih kesulitan dalam melaksanakan kegiatan kolase dengan media bahan bekas, stategi guru yang kurang tepat dalam kegiatan tertentu.
Dari hasil pengamatan pada kegiatan pengembangan motorik halus melalui kegiatan kolase dengan media bahan bekas dapat disimpulkam bahwa pengarahan yang dilakukan guru secara klasikal kurang memberikan pemahaman yang jelas bagi anak. Anak kurang fokus pada
materi yang disampaikan guru, sehingga pada waktu melaksanakan kegiatan anak merasa kesulitan. Anak kurang paham bagaimana cara menempel yang benar agar pola gambar tidak sobek dan hasil gambar kolase rapi.
3.Siklus II
Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan adanya kemajuan serta peningkatan hasil. Pada awalnya masih ada anak yang belum dapat melaksanakan kegiatan kolase dengan media bahan bekas dengan rapi. Dengan metode pembelajaran yang tepat, yaitu guru memberikan pengarahan dan contoh di setiap kelompok maka anak-anak lebih mampu memahami apa yang dijelaskan guru dan dapat menyelesaikan kegiatan dengan baik. Hal ini tentu saja sangat diharapkan guru. Dari 10 anak, terdapat 8 anak dapat menyelesaikan kegiatan dengan baik.
Kegiatan kolase dengan media bahan bekas dengan gambar yang menarik bagi anak, akan menambah semangat anak dalam melaksanakan kegiatan. Kreativitas anak juga akan meningkat seiring dengan semangat belajarnya. Motivasi serta apresiasi dari guru akan menambah rasa kepercayaan diri pada anak untuk melaksanakan kegiatan. Jika terdapat keakraban antara guru dan anak selama proses pembelajaran, maka akan memperkecil tingkat kesalahpahaman antar guru dan anak. Hasil yang dicapai anak akan sesuai dengan indikator yang telah ditentukan guru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H