Mohon tunggu...
Intan Puri Hapsari
Intan Puri Hapsari Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penikmat alam semesta. Pengamat fenomena dunia. Pecinta seni manusia berevolusi dan berinteraksi Penulis jadi jadian yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Film

"Squid Game", Permainan uang Berdarah!

8 Oktober 2021   20:43 Diperbarui: 8 Oktober 2021   22:12 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi saya terbuai oleh serial drama korea yang sedang menjadi trending TOP 10 di Netflix Perancis. Awalnya saya sedikit skeptis akan serial thriller ini yang menghadirkan cukup banyak kekerasan dan pertumpahan darah. Namun pada akhirnya, kecintaan saya terhadap dunia perfilman korealah yang mendorong saya untuk mencicipi serial tersebut. Pelet drama korea berhasil membuat saya melahap episode per episode secara marathon sampai selesai. 

Memang tidak bisa dipungkiri, serial ini sejenis dengan film Hunger Games yang berhasil meraih sukses di Hollywood. Ide cerita yang berlatar belakang mengenai insting manusia untuk bertahan hidup disuatu tempat menjadi benang merah cerita. Ketika saya menelusuri serial ini lebih dalam, pusat pikiran saya terhenti pada realita hidup yang memang diceritakan apa adanya. Ya, perfilman Korea selalu setia pada sentuhan pesan moral yang dapat direnungi. 

Singkat cerita, tokoh utama Seong Gi-hun digambarkan sebagai seorang pecundang yang tak berpenghasilan tetap dan numpang hidup melalui keringat ibunya. Parahnya lagi, ditengah kesulitan ekonominya, ia pun tergila gila akan taruhan balap kuda. Dikarenakan kegagalan hidupnya di  masa lalu, tokoh ini terjerumus di dunia yang berbeda dari standart orang awam pada umumnya. Jalan pintas mendapatkan uang secara pintas menjadi jalan keluar demi melunasi hutang piutangnya. Sampai disini, penonton dihadirkan oleh realita hidup orang awam. 

Seong Gi-hun yang tidak berpendididikan tinggi seakan akan wajar jika bisa secara lugu terjebak didalam permainan Squid game. Lalu, tokoh kedua menghadirkan latar belakang yang berbeda.  Cho Sang-woo, teman kecil Gi-hun yang notabenenya lulusan salah satu universitas terbaik Di korea. Untuk urusan intelektual pastinya tidak dapat diragukan lagi. Kebanggaan warga sekitar dan orang tuanya yang selalu menggarisbawahi kesuksesan hidupnya secara material. 

Hidup Sang-woo memang berbeda jauh berbeda dari Gi-Hun, Ia memiliki karir yang bagus dibidang investasi. Intelektual tinggi dan karir bagus tidak menjamin Sang-woo lolos dari godaan permainan Squid Game. Persoalan hutang piutangpun membawa dia untuk mencari jalan pintas. Sang-Woo terlibat kasus investasi bodong dan penggelapan uang. 

Kalau mau dipikir secara logika, mengapa orang berpendidikan ini bisa terjebak kedalam situasi yang serupa dengan teman kecilnya? Tokoh terakhir ini kisah hidupnya sering menjadi santapan media dunia nyata. Nasibnya memang tidak beruntung karena lahir dibawah tangan seorang diktatur. Kang Sae-byeok pengungsi asal Korea Utara rela mengorbankan dirinya demi membayar detektif untuk mencari ibunya yang masih tertahan di China.  Keinginan untuk membangun hidup yang lebih baik mengantarkannya pada jalan pintas untuk mendapatkan uang secara cepat!. Ya, sampai disini memang biang keroknya adalah uang!

 Ternyata, background peserta squid game bukanlah terbatas pada satu status masyarakat tertentu saja. Yang jelas, satu hal yang mendasari keinginan mereka untuk mengikuti permainan itu ; hadiah uang sejumlah 45,6 milyar Wons. Uang dengan jumlah fantatis tersebut jackpot dari enam permainan anak kecil di Korea Selatan yang popular pada tahun 1970-1980. 

Secara prinsip memang tidak ada pemaksaan kehendak untuk ikut andil ke dalam enam permainan tersebut. Karena sebelum permainan berlangsung, seluruh peserta diminta untuk menandatangani kontrak dengan tiga aturan. Dimana salah satu aturan menyatakan bahwa permainan dapat dihentikan kalau disetujui oleh mayoritas peserta. Setelah permainan pertama berakhir, peserta menyadari bahwa squid game bukanlah permainan biasa.  

Peserta yang tereliminasi secara harafiah benar-benar tereliminasi dari dunia ini. Peserta yang tersisa memilih menyudahi kelangsungan permainan ini dan kembali menjalani hidup mereka di dunia nyata. Namun sialnya, realita kehidupan di dunia nyatalah yang membuat mereka kembali bermain. 

Walaupun kali ini mereka sudah menyadari bahwa nyawa mereka adalah taruhannya. Namun berlomba dipermainan yang tidak wajar ini seakan akan menjadi satu-satunya jalan keluar dari semua permasalahan hidup. Toh, nyawa mereka dan orang terkasih mereka di dunia nyata juga sudah diujung tanduk, jadi marilah bertaruh!

Konsep permainan di squid game sebenarnya sesederhana permainan anak-anak pada umumnya. Namun ketika nyawa menjadi taruhan, disitulah akan terlihat berbagai warna sifat manusia. Keenam permainan ini menyajikan hiburan nyata tentang perjuangan manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun