Sebelas lebih sebelas malam
Aku mengulang gelap
Pada nama aku sendiri yang lenyap
Sebagian memanggilku bingung
Padahal bukankah alasan kehidupan ini diciptakan sudah jelas?
Sebelas lebih sebelas malam
Aku menyembunyikan bayangan
Pada pikiran aku sendiri yang
Berkeliaran
Sebagian melihatku kemana-mana
Padahal bukankah alasan awal sebuah hubungan dibangun adalah bertahan
Sebelas lebih sebelas malam
Aku mengusap waktu
Pada kedua tangan aku yang baru
Sebagian menemuiku asing
Padahal bukankah semua yang terjadi sudah sesuai garis edarnya masing-masing
Sebelas lebih sebelas malam
Aku memeluk malam
Pada tubuh rapuh aku yang kelam
Sebagian menyebutku gagal
Padahal bukankah Tuhan tidak membenci atau menjauhi seseorang karena gagal?
Sebelas lebih sebelas malam
Aku menulis ulang kisah
Pada kedua mataku yang lelah tetapi pikiranku masih penuh dengan perasaan bersalah
Sebagian memintaku berhenti
Padahal bukankah waktu dibiarkan terus berputar hanya untuk memperbaiki diri
Sebelas lebih sebelas malam
Tidak ada yang suaranya lebih menarik
Kecuali detik-detik yang datang berbisik;
Malammu boleh larut
Tetapi sedihmu jangan berlarut-larut
apalagi sampai sebelas dua belas dengan yang namanya putus asa
Jika lelah, istirahatlah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H