Apa kabarmu,
Apakah kali ini saya masih ada di kepalamu?
Kau cuma diam,
Tetapi saya masih bisa mendefinisikannya saat kau kembali memilih untuk tak banyak bercerita
Dalam gerimis yang kau peluk,
Saya tahu hatimu sedang bermukim diperubahan iklim yang buruk
Semisal raut senyummu yang tak bisa lagi dibentuk
Atau bias pelangimu yang terlihat susah indah bila tak dilekuk
Tatap teduh matamu seperti tertunduk
Meratapi seseorang yang kian terduduk disecangkir manis kenangan yang hitam ampas-ampas rindunya terus kau aduk
Saya tahu kau tengah merasa kehilangan yang sehening-heningnya. Tetapi kau hanya sedang menunggu datangnya kebaikan waktu dengan segala penerimaannya
Apa kabarmu,
Apakah kau masih menyimpanku dikepalamu?
Kau masih terdiam,
Tetapi saya yang kemudian sedikit berbeda
Di sini saya jadi lebih suka menitipkan doa-doa baik dikedua sayap kupu-kupu
yang mungkin hinggap dijendela kamarmu
Tetapi kau usir
Seperti khawatir
Dan saya pun tak pernah merasa terganggu,
Sebab dulu kau pernah berkata
Bilamana kau paling benci perihal kedatangan sesuatu yang cuma sekadar bertamu.
Saya tahu kau sedang merasa berduka yang secita-citanya. Tetapi mengapa kau tak pernah bisa untuk kali ini saja memuliakan siapa saja yang hendak bertamu. Seperti mengamini doa-doa saya.
Apa kabarmu, setelah kau nanti berhasil mengeluarkanku dari kepalamu?
Tetapi kau tak lagi diam dan malah berbalik bertanya padaku "Kamu siapa.?"
Iya, mungkin saja kali ini kau benar-benar sudah mampu merayakan kerelaanmu