Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Belum Reda

3 April 2021   04:47 Diperbarui: 3 April 2021   05:09 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langkah kita berniat pergi, sebagaimana malam lenyap tersapu pagi. Serupa langit bersin-bersin--demam tinggi. Tetapi hujan yang menetes tak pernah membenci langit kala tempiasnya dengan bumi tak bisa di ajak bersinergi


Lelah mengalah seperti ingin cepat sudah
Sebab kata-kata kita sering basah
Di basahi banyak terserah
Rencana sering rebah
Dan cuaca hati kita memang sedang mendukung untuk merebahkan banyak arah

Tetapi di luaran sana bunga-bunga tertawa
Pangeran kodok tak lagi sungkawa 

Mereka bersyukur karena hujan masih menurunkan nyawa Dan kita malah mengeluh tak bisa legawa

Rumah kita jelas berbeda namun semesta kita sepakat kalau hujan belum lah reda, sama seperti halnya kita yang terpaksa harus bergumul dengan banyaknya rintik jeda. Semirip kehujanan tetapi tak basah di antara serius atau bercanda

Aku dan kamu memang alangkah baiknya meneduh di balik emperan tunda

Sampai hujan benar-benar reda

Bintaro, 03/04/21.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun