Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kunang-kunang kertas

23 Februari 2021   01:22 Diperbarui: 23 Februari 2021   01:52 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Sebelum menjadi sepasang cemas
Bukankah paru-paru kita hanya terisi udara bebas?
Hidup mengadopsi liar tetapi tenteram
Mengasuh canda tetapi tak geram

Sesudah menjadi sehirup senapas
Mengapa di tepian jarum jam kita malah bercocok-tanam bibit-bibit cemas?
Malam siang sama saja; mencekam
Hujan reda tak ada bedanya; terancam

Nanti selepas bebas
Maukah jemari memori kita saling mahir melipat ampas-ampas cerita dalam eksemplar kertas?
Membentuknya menjadi diorama malam
yang penuh dengan kunang-kunang temaram bukan kambing hitam

Nanti setelah lepas
Bisakah kita seperti seperti kunang-kunang kertas?
Berkedip-kedip indah tanpa malam
Mengenang-ngenang manis tanpa dendam

Bintaro, 23/02/21.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun