Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tentang Sebuah Kabar yang Sudah Habis Terbakar

12 Januari 2021   03:03 Diperbarui: 23 Januari 2021   08:31 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terhenti berdetak sebuah pesan sebelum temui sampai Itulah yang membuat beberapa kekhawatiran semakin hidup menggelantung dibulu mata yang tampak basah kuyup

Khawatir bertanya; Tak sedang membaca kah?Apabila sedari mata kakimu hendak berangkat ada khawatir yang berdetak di jantung doa, dan ia terus melangkahkan tanya selama baik-baik saja darimu masih samar-samar tak pasti


Menggantung jemuran sehelai kabar yang tak kunjung kering
Itulah yang membuat beberapa penantian semakin basah menyelimuti ruang hati yang mengaku resah

Penantian bertanya;  Tak sedang lupa kah ?
Bila mana sedari rencana baikmu hendak lepas landas ada penantian yang tergantung di baling-baling kepala, dan ia terus menerbangkan tanya selama kabar darimu masih tak kunjung berdering

Dan sekarang di gendang firasatku, engkau di sudut remang-remang seolah malah balik bertanya;


Mengapa balasan pesan dariku tak kunjung jua terbaca?
Apabila sedari tadi kamu bertanya, kabarku telah terhenti berdetak bukan karena sengaja hendak menghilang dengan cara lost contact

Mengapa suara kabar dariku tak kunjung dikenal?
Bila mana sedari tadi kamu bertanya, semua tentang aku harusnya sudah bukan lagi menjadi jawaban yang terus menggantung; dengan terbitkan kekhawatiran dan penantian

Sebab di sini jika saja engkau saksikan, puing-puing kabarku bahkan sudah habis terbakar.

Dibakar sendiri oleh ketidak-sanggupan menolak rencana Tuhan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun