Mohon tunggu...
puhid akhdiyat
puhid akhdiyat Mohon Tunggu... Buruh - ⛔

👨‍🦱; kamu pernah liat nggak, kapan Tuhan tersenyum? 👧; nggak tau, emang kamu pernah liat? kapan? 👨‍🦱; sewaktu dulu di dunia aku pernah berdoa meminta kepadaNya, agar aku di jodohkan denganmu, tetapi doanya pake doa makan sesudah tidur.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tak Semua Luka Selamat Tinggal, Mampu Sembuh Secepat Dirimu

13 Mei 2020   02:10 Diperbarui: 13 Mei 2020   02:08 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Langit repih, masih belum move on katanya. Sehingga ampas-ampas tangis, masih narsis.
Dan di setiap malam tampak seperti hatinya sedang berfestival sunyi, itu semua terlihat dari sebagian kecil kenangannya seperti ingin terjun bebas menyuarakan luka, pamerkan rintik-rintik cerita.

Ya, di mata purnamanya aku melihat gerimis itu masih belum habis, masih belum selesai. 

Kenapa?

Katanya; "Tak semua luka selamat tinggal, mampu sembuh secepat dirimu. si sadis. Yang terbilang banyak menghabiskan usia cerita seperti apa dan dengan siapa saja selalu di pantai; santai."

Oh, jangan bersedih repih. Peluk si waktu sambil berbisik menenengkannya;

"Siapapun boleh mengenang-ngenang dahulu, tapi jangan lupa bangkit kemudian. Melihat-lihatmu nanti hidup sudah jauh lebih menawan, lalu giliranmu menyaksikan si sadis tersebut 'ambyar' lalu berganti merindukanmu di hari kemudian."

13/05/2020.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun