Sebisa doaku menyangga langit agar tak runtuh, tetap saja butiran rindumu terjatuh. Ia jatuh tepat di telapak tanganku yang selalu ingin menggengam masa depan denganmu.
Sekuat rinduku membungkam mulut bintang malam agar tak menyebut-nyebut namamu, tetap saja kerlap-kerlip senyummu menggantung di bulu mataku. Ia gantungkan tepat di telapak tanganku yang senantiasa menenteng perasaannya padamu.
Semampu diammu melengangkan pikiranku agar tak mengingatmu, tetap saja berisik langkah dedaunan kering suaramu yang berserakan di gendang telingaku. Ia berserakan tepat di telapak tanganku yang selalu saja ingin pinjam sebentar telapak tanganmu.
Aku hanya ingin menggariskan sepotong perjalanan tentang kita di masa depan.
*****
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H