Semanis senyum gerimis kepada terik yang pernah mencabik, dan aku menarik sekali lagi paras cantik yang tiada pernah habis.
Hey, sadis.. Tak bisakah kamu tak cuma sekedar jadi awan kelabu yang manis di antara bianglala meringis?
Secantik kuntum kembang kepada glofitis yang pernah menangis, dan aku mengais sekali lagi raut manis yang tiada pernah mendelik.
Hey, bengis.. Tak bisakah kamu tak cuma sekedar jadi putik kembang sepatu yang amis di antara rerumputan pengais?
Seharum parfum immortal, harummu masih saja wangikan cerita ini, Sekalipun hilang sengaja lari atau bahkan kini jadi kenangan antik.
yang namanya cantik, parasnya manis apabila pernah membunga-bungakan segala rasa walau cuma sehari langsung habis.
Mereka akan tetap saja semanis gerimis kepada terik walau pernah mencabik sadis.
Hey, manis..Kamu dan perasaanmu itu adalah sebuah kebohongan termanis; Katamu tak cinta, tapi kenapa air matamu menetes saat katakan itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI