Dalam sunyi terbelalak matanya melucuti setiap helai huruf pirang yang berbola kata biru, mengapa ada imigran kalimat asing berkeliaran bebas terpingkal mengendap-endap di dalam lemari.
Dalam lelap melotot nalarnya menelanjangi setiap gerak larik aneh yang berbait busana nyeleneh, mengapa ada penumpang gelap bebas menginap di antara semak belukar sajak mendengkur sangat keras di sela-sela jemari.
Dalam lengah mencerna mahirnya menyidik setiap hembusan niat miring yang terbaca memar, mengapa ada syair terparsel mewah tanpa alamat jelas nyasar mampir kemari? katanya sih hanya sebagai curahan hati dari pujangga lulusan universitas patah hati; Biar sebentar aku simpan sebagai barang bukti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H