Dalam era digitalisasi ini semua orang sangat sepakat penyebaran informasi berjalan sangat cepat. Apapun situasi yang sedang terjadi, berita yang tersebar dapat diakses dengan mudah  didapat, terlebih adanya sosial media, banyaknya masyarakat yang dapat mengakses juga membuat kesadaran masyarakat dalam bebasnya berpendapat dan beropini, serta ikut berpartisipasi menyajikan berita yang mulai meningkat. Tetapi apakah berita yang disajikan valid atau benar adanya?. Dalam buku berjudul Sembilan Elemen Jurnalisme oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel, menjelaskan tentang prinsip-prinsip yang harus diterapkan oleh seorang jurnalis, mari kita coba bandingkan bagaimana jurnalis yang masih menerapkan prinsip jurnalisme dengan jurnalis "dadakan" di sosial media saat ini.
Tersebarnya berita yang ada saat ini bergantung pada siapa yang menyajikan beritanya, ada yang disajikan secara resmi  yang dilakukan oleh sebuah perusahaan media dan para warganet yang menjadi jurnalis "dadakan" di sosial media, keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu memberikan informasi atau berita yang menarik perhatian pembacanya. Tetapi kebenarannya masih dipertanyakan karena sumber berita yang didapatkan tidak selalu valid. Dari banyaknya berita yang tersebar luas, jurnalis resmi masih banyak  mencari sumber berita dengan turun langsung ke lapangan dan mencari saksi yang bersangkutan dan aspek lain yang menunjang fakta yang didapatkan untuk diolah menjadi sebuah berita, sedangkan jurnalis "dadakan" sosial media walaupun tidak semua, cenderung hanya menyebarkan berita dari rumor-rumor yang beredar kemudian disatukan menjadi sebuah berita dan disajikan kepada warga internet guna menaikkan namanya sendiri maupun memang mempunyai niatan untuk menginformasi masyarakat umum yang mengaksesnya. Pada prinsip ini menurut saya jelas jurnalis resmi mempunyai keunggulannya tersendiri.
Jurnalis resmi juga harus memiliki sifat independen, dimana tidak terpengaruh dan berpihak pada kalangan tertentu, dan sebagai pihak yang memantau kekusasaan pada ranah pemerintahan, agar sesuai tujuannya yang memiliki kewajiban berpihak pada masyarakat. Sedangkan pada jurnalis sosial media, selain memang sebagai sarana menyampaikan fakta dan opini atas keresahan yang sedang terjadi, Â terkadang banyak juga memiliki niat menggiring opini pembacanya agar berpihak dengan hal tertentu, semisal saat musim politik, banyak sekali rumor beredar tentang salah satu atau pasangan calon yang lain, guna menaikkan calon pasangan yang didukungnya agar terkesan "bersih" oleh masyarakat setempat, tanpa memikirkan dampak yang akan ditimbulkan. Jurnalis resmi tidak berpihak pada kekuasaan, jurnalis harus berpihak pada masyarakat karena sebagai sarana menyampaikan kegelisahan yang beredar dimasyarakat agar didengar oleh pihak-pihak yang berkuasa, dan juga bersifat objektif/tidak bias. Di samping itu ada juga jurnalis yang berasal dari sebuah platform berita, yang memang sengaja dibuat dengan tujuan menaikkan citra atau juga menginformasikan sesuatu yang bersangkutan dengan organisasi tertentu, yang kadang kala malah membuat kekacauan disituasi tertentu. Tetapi masih banyak juga jurnalis resmi yang tetap berpegang teguh pada prinsip jurnalisme yang disebutkan tadi.
Banyaknya informasi yang ada di sosial media juga menjadi sebuah wadah untuk  tersebarnya berita hoax atau palsu yang sulit untuk dikendalikan penyebarannya, tugas jurnalis resmi menyediakan wadah untuk masyarakat beropini, tetapi sulit dilakukan karena tidak ada batasan siapa saja yang boleh menyediakan/memberikan berita. Dengan ketersediaan informasi yang melimpah di sosisal media juga, membuat jurnalis resmi terkadang mencari sumber informasi yang sudah tersebar tersebut, hal ini sebenarnya sah-sah saja, tetapi pada beberapa kasus terkadang jurnalis resmi hanya mengambil informasi yang sudah tersedia dari sumber di sosial media, lalu memberikan keterangan di akhir berita/artikelnya berupa akun sosial media dari sumber yang pertama kali mempublikasikannya dan memparafrasekannya kembali untuk menjadi sebuah berita yang layak disebarkan. Tetapi alangkah baiknya jurnalis resmi tetap memiliki sifat komperhensif dan proporsional yaitu memberikan berita yang detail dan dari berbagai sudut pandang, akurat, relevan,  tidak melebih-lebihkan beritanya, agar berita yang disajikan objektif dan seimbang.
Pada kasus tertentu, kecepatan penyebaran informasi di sosial media oleh jurnalis "dadakan" ini bisa sangat membantu masyarakat atau pihak tertentu, semakin banyak yang menyebarkan, terkadang semakin didengar oleh pihak yang akan ditujunya. Dalam hal ini jurnalis resmi bisa dibilang kalah cepat, karena sifat pengguna sosial media yang tidak mempunyai prinsip jelas seperti jurnalis resmi, biasanya dari rumor dapat menjadi fakta dan juga sebaliknya. Tujuannya tetap harus memiliki hati nurani yang memihak masyarakat yang membutuhkan atau pendapatnya kurang didengar oleh pihak penguasa, serta untuk jurnalis resmi memiliki kewajiban dan hak terhadap berita yang disampaikan agar akurat dan tepat sasaran.
Sejatinya baik jurnalis resmi atau jurnalis "dadakan" sosial media memiliki tujuan yang sama, yaitu menyajikan informasi/berita sebanyak-banyaknya, semoga siapapun yang berperan sebagai jurnalis bisa tetap bertanggung jawab atas berita yang disampaikan kepada masyarakat, dan sebagai audiens dan penerima berita kita juga harus pintar dalam menerima berita yang beredar diluar sana. Tetap ikuti platform berita yang selalu menyajikan berita dengan valid dan akurat.
Nama : Maspufah Dewi Anwar
NPM Â : 240501010009
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H