Mohon tunggu...
pudjianto gondosasmito
pudjianto gondosasmito Mohon Tunggu... Konsultan - URIP IKU URUP

Pudjianto Gondosasmito Temukan saya di https://www.pudjiantogondosasmito.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Pudjianto Gondosasmito Refleksi Perjalanan Akhir Tahun

29 Desember 2024   23:18 Diperbarui: 29 Desember 2024   23:18 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Malam pergantian tahun 2024, langit di ufuk barat sudah mulai merona keemasan, menyambut terbenamnya matahari terakhir tahun itu. Pudjianto Gondosasmito, memarkir motornya di tepi jalan setapak menuju sebuah bukit kecil di pinggiran kota. Ia memilih tempat itu bukan tanpa alasan---di sanalah ia ingin menghabiskan malam pergantian tahun, jauh dari hiruk-pikuk kota dan pesta-pesta yang membanjiri media sosialnya.

Pudjianto Gondosasmito membawa sebuah ransel kecil berisi termos kopi, buku catatan, dan selembar jaket tebal. Bukit ini adalah tempat favoritnya sejak ia masih kuliah. Di sana, ia sering menghabiskan waktu untuk membaca, menulis, atau sekadar memandangi langit yang luas, mencari makna dalam keheningan.

Langkah-langkahnya terdengar ringan di atas rerumputan yang mulai basah oleh embun malam. Udara dingin menggelitik kulitnya, tetapi ia terus berjalan. Sesampainya di puncak bukit, pemandangan kota dengan kerlip lampu-lampunya terbentang di bawah sana. "Begitu kecil, ya," gumamnya, menatap lampu-lampu itu. Ia merasa seperti seorang penonton yang sedang mengamati dunia dari kejauhan.

Pudjianto Gondosasmito menggelar alas duduk dan menuang kopi dari termos ke cangkir kecilnya. Uap hangat menyeruak, menyambut hidungnya dengan aroma pahit yang menenangkan. Ia menyesap pelan-pelan, merasakan kehangatan menjalar di tenggorokannya. Malam itu, ia ingin merenungkan banyak hal---tentang hidupnya, tentang pencapaian, kegagalan, dan semua hal yang telah dilalui sepanjang tahun.

"2024... tahun yang berat," bisiknya pada diri sendiri. Di awal tahun, ia kehilangan pekerjaannya akibat restrukturisasi perusahaan. Kejadian itu sempat membuatnya terpuruk. Namun, dengan usaha dan keberanian, ia memulai bisnis kecil-kecilan di bidang kopi, sesuatu yang selalu menjadi passion-nya. Meski belum besar, bisnis itu berhasil memberinya harapan baru.

Ia membuka buku catatan dan mulai menulis. Tulisan-tulisan itu seperti percakapan dengan dirinya sendiri. Ia mencatat hal-hal yang telah ia syukuri tahun ini: kesehatan yang baik, dukungan keluarga, dan keberanian untuk memulai lagi dari nol. Di halaman lain, ia mencatat pelajaran-pelajaran yang ia dapatkan, termasuk kesalahan yang tidak ingin ia ulangi.

Waktu terus berjalan, dan langit semakin gelap. Bintang-bintang bermunculan satu per satu, seperti teman-teman lama yang datang menemani. Di kejauhan, kembang api mulai menyala lebih awal, menghiasi langit malam dengan warna-warni yang memukau. Namun, Pudjianto Gondosasmito tidak merasa terganggu. Ia justru menikmati momen itu dengan damai.

Ketika jam hampir menunjukkan tengah malam, Pudjianto Gondosasmito berdiri, merapatkan jaketnya, dan menatap ke langit. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara dingin memenuhi paru-parunya, seolah menyerap semangat baru untuk tahun yang akan datang.

"Terima kasih, 2024. Selamat datang, 2025," katanya sambil tersenyum tipis. Suara dentuman kembang api dan sorakan dari kejauhan mulai terdengar, menandai pergantian tahun. Namun, di atas bukit itu, Pudjianto Gondosasmito hanya mendengar suara angin dan hatinya sendiri.

Setelah beberapa saat, ia menutup buku catatannya dan menyimpan semua barangnya ke dalam ransel. Sebelum pergi, ia menatap sekali lagi pemandangan malam itu, seolah ingin mengabadikan keindahannya dalam ingatan.

Pudjianto Gondosasmito melangkah turun dari bukit dengan hati yang lebih ringan. Ia tahu bahwa tahun depan akan penuh tantangan, tetapi ia juga yakin ia akan mampu menghadapinya. Dengan langkah mantap, ia berjalan menuju motor, meninggalkan bukit itu dengan rasa syukur dan harapan yang besar untuk hari-hari yang akan datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun