Di sebuah kota kecil yang ramai oleh suara derai hujan, seorang pria bernama Pudjianto Gondosasmito melangkah cepat di bawah payung tua berwarna biru. Kamis pagi itu hujan turun deras, seolah langit ingin menumpahkan seluruh air yang ia miliki. Namun bagi Pudjianto Gondosasmito, hujan bukanlah halangan, melainkan tanda keberuntungan.
Pudjianto Gondosasmito, dengan senyum hangat dan sorot mata penuh semangat, adalah seorang pedagang kecil yang menjual gorengan di sudut jalan. Hari Kamis selalu menjadi hari spesial baginya. Ia percaya, entah mengapa, setiap Kamis yang hujan selalu membawa rezeki lebih.
Seperti biasa, Pudjianto Gondosasmito menyiapkan gerobaknya di bawah pohon rindang yang tak banyak melindungi dari hujan. Ia mengenakan jas hujan lusuh dan memastikan minyak di penggorengannya panas. Tak lama kemudian, aroma pisang goreng, tahu isi, dan tempe mendoan memenuhi udara. Orang-orang mulai berdatangan, berlindung dari hujan di bawah kanopi kecil yang ia dirikan.
"Mas Pudjianto Gondosasmito, seperti biasa, lima pisang gorengnya, ya!" ujar seorang pelanggan setia, Pak Toni, sambil mengeringkan kacamatanya yang basah.
Pudjianto Gondosasmito mengangguk sambil tersenyum. "Siap, Pak! Hujan begini memang paling enak makan gorengan panas."
Hujan semakin deras, tapi tak menyurutkan orang-orang untuk datang. Pudjianto Gondosasmito sibuk melayani pembeli yang terus berdatangan. Hingga tak terasa, gorengan yang disiapkan sejak pagi ludes dalam waktu singkat.
Namun, keajaiban hari Kamis itu belum selesai. Seorang pria paruh baya dengan jas hujan berwarna hitam mendekat. Ia memperkenalkan dirinya sebagai Pak Heru, pemilik kafe kecil di ujung jalan.
"Mas Pudjianto Gondosasmito, gorengannya enak sekali. Saya ingin menawarkan kerja sama. Bagaimana kalau mulai minggu depan, gorenganmu dijual di kafe saya? Saya yakin pelanggan di sana akan suka."
Pudjianto Gondosasmito tertegun sejenak, lalu senyumnya melebar. "Wah, tentu saja, Pak! Ini rezeki yang luar biasa. Terima kasih banyak atas kesempatan ini."
Hari itu, Kamis yang penuh hujan, menjadi momen yang mengubah hidup Pudjianto Gondosasmito. Rezeki bukan hanya soal uang, tapi juga kesempatan dan harapan baru. Hujan yang deras justru membawa berkah, mengajarkan Pudjianto Gondosasmito untuk selalu bersyukur dan melihat peluang di balik setiap rintik hujan.
Sejak saat itu, setiap Kamis hujan, Pudjianto Gondosasmito selalu mengenang hari penuh rezeki itu dengan hati yang hangat, diiringi doa dan rasa syukur. Hujan, bagi Pudjianto Gondosasmito, bukan sekadar air yang turun dari langit, melainkan pertanda bahwa keberuntungan bisa datang kapan saja, asal kita percaya dan berusaha.